Rekor Dunia Pan Zhanle di Olimpiade Paris 2024 Bakal Sulit Dipecahkan Lagi

Rekor Dunia Pan Zhanle di Olimpiade Paris 2024 Bakal Sulit Dipecahkan Lagi

Atlet renang China, Pan Zhanle.--

PARIS, RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Olimpiade Paris 2024 mencatat sejarah baru di dunia renang dengan pencapaian Pan Zhanle, perenang 19 tahun asal China.

Pan memecahkan rekor dunia di nomor 100 meter gaya bebas putra dengan waktu 46,40 detik, sebuah pencapaian yang memicu berbagai reaksi di kalangan komunitas renang internasional.

Brett Hawke, mantan perenang yang mewakili Australia di Olimpiade 2000 dan 2004, mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap rekor yang ditorehkan Pan.

Dalam sebuah video yang diunggah di Instagram, Hawke mengatakan bahwa catatan waktu tersebut "tidak mungkin" dicapai secara manusiawi.

BACA JUGA:Perempatfinal Sepakbola Putra Olimpiade Paris 2024, Duel Seru Menanti!

BACA JUGA:Jadi Harapan di Olimpiade Paris 2024, Berikut Profil Atlet Panjat Tebing Indonesia

"Saya mau jujur, saya marah melihat renang itu, saya marah untuk beberapa alasan. Secara manusiawi, rekor itu tidak mungkin," ungkap Hawke, yang kini menjadi warga negara Amerika Serikat.

Hawke, yang pernah melatih Cesar Cielo, perenang pertama yang memecahkan rekor 47 detik di nomor gaya bebas, membandingkan Pan dengan sejumlah legenda renang seperti Rowdy Gaines, Alex Popov, Gary Hall Jr, Anthony Ervin, dan Kyle Chalmers.

Menurutnya, Pan tidak mungkin bisa mengalahkan nama-nama besar tersebut dengan catatan waktu yang ia torehkan.

BACA JUGA:Sambutan Hangat untuk Rifda Irfanaluthfi, Pesenam Muda yang Berlaga di Olimpiade Paris 2024

BACA JUGA:Kandas di Perempat Final, Fajar/Rian Pulang Tanpa Medali dari Olimpiade Paris 2024

Pencapaian Pan Zhanle kembali memicu isu doping di kalangan tim renang China.

Amerika Serikat dan otoritas antidoping WADA mencurigai adanya penggunaan zat terlarang oleh para perenang China, meskipun Pan tidak termasuk dalam daftar 23 perenang yang terdeteksi menggunakan trimetazidine (TMZ) pada tahun 2020 dan 2021.

Pihak berwenang China menegaskan bahwa hasil positif tersebut disebabkan oleh kontaminasi makanan, sebuah alasan yang diterima oleh WADA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: