Rusia Salahkan AS atas Kecelakaan Helikopter yang Menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi

Rusia Salahkan AS atas Kecelakaan Helikopter yang Menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi

Kecelakaan helikopter yang menewaskan Raisi terjadi pada Minggu, 19 Mei 2024--

BACA JUGA:Presiden Jokowi Bakal Kunjungi Empat Lawang

Namun, tudingan terhadap sanksi AS sebagai faktor utama telah menjadi isu utama dalam berbagai pernyataan resmi.

Lavrov menekankan bahwa kebijakan sanksi ini tidak hanya menekan ekonomi Iran, tetapi juga berkontribusi terhadap tragedi yang merenggut nyawa Raisi.

Ebrahim Raisi, yang menjabat sebagai presiden sejak 2021, dikenal sebagai tokoh konservatif yang berpengaruh di Iran. 

Kematian tragisnya mengguncang dunia internasional dan menambah ketegangan antara Teheran dan Washington.

BACA JUGA:Pemkab Empat Lawang Gelar Zoom Meeting Berbagai Persiapan Di Lakukan Sambut Kunjungan Kerja Presiden Jokowi

Raisi yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung Iran, dikenal karena sikap kerasnya terhadap Barat dan dukungannya terhadap program nuklir Iran.

Insiden ini menambah deretan panjang kecelakaan penerbangan di Iran yang sebagian besar disebabkan oleh armada pesawat dan helikopter yang sudah tua dan kurang terawat. 

Sanksi yang dijatuhkan AS sejak Revolusi Islam 1979 telah mempersulit Iran untuk mendapatkan suku cadang dan peralatan baru, memaksa mereka untuk terus menggunakan peralatan lama dengan risiko keselamatan yang tinggi.

Dalam pernyataannya, Lavrov mendesak komunitas internasional untuk meninjau kembali dampak sanksi terhadap keselamatan dan kesejahteraan rakyat Iran.

BACA JUGA:Presiden Jokowi Bakal Kunjungi Empat Lawang

Ia mengajak negara-negara untuk melihat lebih jauh dari sekadar tekanan politik dan mempertimbangkan konsekuensi nyata yang dialami oleh masyarakat sipil.

Kematian Raisi tidak hanya menjadi kehilangan besar bagi Iran, tetapi juga mencerminkan dampak luas dari kebijakan sanksi internasional.

Sementara dunia menunggu hasil investigasi resmi, perdebatan mengenai keadilan dan efektivitas sanksi terus bergulir, dengan banyak pihak menyerukan pendekatan yang lebih manusiawi dalam diplomasi internasional.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: