Selain itu, ditemukan juga guci, pemberat timah, dan cangkul besi yang digunakan untuk mencampur mortar Romawi.
Lukisan dinding yang ditemukan memberikan wawasan tentang kehidupan sehari-hari orang Romawi kuno.
Di sekeliling bangunan, terdapat proyek pembangunan berskala besar yang terlihat dari tumpukan besar batu, keramik, dan ubin yang dikumpulkan untuk diubah menjadi cocciopesto, penutup lantai yang umum digunakan di kota Romawi kuno.
Penemuan ini juga terkait dengan penelitian Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada Januari 2023 yang menjelaskan mengapa beton Romawi kuno jauh lebih kuat daripada beton modern.
Menurut penelitian tersebut, kapur tohor (quicklime) yang digunakan untuk memplester dinding dicampur dengan air di lokasi sebelum digunakan, menghasilkan bahan yang sangat panas saat diaplikasikan tetapi menghasilkan struktur bangunan yang lebih kuat dan tahan lama.
Temuan ini semakin memperkuat hipotesis bahwa teknik konstruksi Romawi kuno menghasilkan bangunan yang lebih tahan lama dibandingkan beton modern.
BACA JUGA:Solusi Pembiayaan Usaha: Perbedaan KUR Kecil dan KUR Khusus Mandiri 2024
Proses pencampuran kapur tohor dengan air di lokasi terbukti menghasilkan struktur yang efektif dan tahan lama, menunjukkan keunggulan teknologi bangunan Romawi kuno.
Penemuan situs bangunan Romawi kuno di Pompeii memberikan wawasan penting tentang teknik konstruksi canggih yang digunakan oleh orang Romawi.
Dari artefak hingga teknik pencampuran mortar, temuan ini tidak hanya mengungkap kehidupan sehari-hari masyarakat Romawi kuno tetapi juga menjelaskan mengapa bangunan Romawi terkenal karena ketahanannya.
Penelitian dan penggalian lebih lanjut diharapkan dapat terus mengungkap rahasia teknologi kuno yang luar biasa ini. (*)