Mengenang Jejak Dakwah Ki Ageng Gribig di Gua-Langgar Suran Jatinom, Klaten

Mengenang Jejak Dakwah Ki Ageng Gribig di Gua-Langgar Suran Jatinom, Klaten

Istimewa/internet--

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Kecamatan Jatinom, Klaten, menjadi saksi bisu sejarah dakwah Islam yang ditinggalkan oleh Ki Ageng Gribig.

Setiap bulan Safar, masyarakat setempat menggelar tradisi Yaa Qowiyyu dengan sebaran kue apem sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa ulama besar ini.

Tak hanya tradisi tersebut, jejak peninggalan Ki Ageng Gribig masih dapat ditemukan dalam bentuk gua, langgar (musala), dan sumber air yang terletak di Suran, Desa Jatinom.

Gua Suran, yang berada di tebing Sungai Soka, merupakan salah satu situs peninggalan bersejarah yang diyakini dibuat oleh Ki Ageng Gribig bersama para santrinya.

BACA JUGA:Sejarah Panjat Pinang: Dari Belgia hingga Indonesia

BACA JUGA:Profil Hj Hepy Safriani, Siap Majukan Pagaralam ke Depan!

Gua ini memiliki tinggi sekitar 150 sentimeter dengan ruang tengah yang luas serta lorong yang memanjang sejauh 2,5 meter.

Selain gua, terdapat juga sumber air dan langgar yang berada di dekatnya, semuanya terletak di bawah rapatnya rumpun bambu dan pohon besar, sekitar 100 meter ke arah timur dari Oro-oro Klampeyan (Tarwiyah).

Menurut Daryanto, Pengelola dan Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig (P3KAG), gua ini dibangun pada masa Ki Ageng Gribig yang hidup di era Sultan Agung dari Mataram Islam (1613-1645 M). 

Gua ini berfungsi sebagai tempat menyepi dan beribadah bagi Ki Ageng Gribig. Di tempat ini, beliau kerap berwudhu di sumber air yang digali bersama para santrinya sebelum melaksanakan salat.

BACA JUGA:Polres Empat Lawang Selidiki Laporan Dugaan Pembakaran Lahan Oleh Oknum Warga di Lampar Baru

BACA JUGA:Penemuan Penjara Romawi Kuno di Korintus, Jejak Kesuraman dalam Coretan Dinding

Gua-Langgar Suran memiliki makna spiritual yang dalam. Nama "Suran" sendiri berasal dari harapan Ki Ageng Gribig agar sumber air tersebut tidak kering dan terus mengalir.

Meski langgar ini tidak digunakan untuk salat lima waktu rutin, melainkan untuk salat saat menyepi, kompleks gua, sumber air, dan langgar ini tetap menjadi tempat yang sangat dihormati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: