Tradisi Ganti Nama Pria Seusai Menikah di Wonogiri Mulai Punah

Tradisi Ganti Nama Pria Seusai Menikah di Wonogiri Mulai Punah

Istimewa/internet--

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID — Tradisi ganti nama bagi pria setelah menikah, dikenal dengan istilah "ganti jeneng tuwa," sudah ada di kalangan masyarakat Jawa sejak dahulu, termasuk di Wonogiri.

Tradisi ini memberikan pria dua nama: nama muda (sebelum menikah) dan nama tua (setelah menikah).

Tradisi ini memiliki beragam makna filosofis. Salah satunya adalah sebagai pengingat bahwa orang yang menyandang nama tersebut sudah dewasa, dan tidak lagi menjadi tanggung jawab orang tua, melainkan sudah memiliki tanggung jawab sendiri terhadap istri dan anak-anaknya.

Di Wonogiri, tradisi ini dulu sangat lestari, tetapi kini mulai ditinggalkan.

Pur, seorang pria berusia lebih dari 60 tahun dari Kecamatan Bulukerto, adalah salah satu dari sedikit yang masih memegang tradisi ini.

Nama asli Pur adalah Sudiyono, tetapi setelah menikah, ia dikenal sebagai Pur atau Pak Pur.

BACA JUGA:Daftar Raja-Raja Kerajaan Singasari: Perjalanan Sejarah Menurut Kitab Pararaton dan Negarakertagama

BACA JUGA:Kejaksaan Negeri Kabupaten Empat Lawang Adakan Kampanye Anti Korupsi

Pada zaman dahulu, mengganti nama setelah menikah adalah hal yang lumrah dan dilakukan secara turun-temurun.

Abdul Aziz, warga Wonogiri lainnya, menyatakan bahwa meskipun ia menikah belasan tahun lalu, ia tidak mengganti nama.

Ia mengakui bahwa tradisi ini dikenal sejak dahulu, tetapi sekarang sudah jarang dilakukan.

Eko Sunarsono, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, menegaskan bahwa tradisi ganti nama saat melepas masa lajang disebut "ganti jeneng tuwa."

Menurutnya, tujuan dari tradisi ini sangat beragam, mulai dari doa, menandakan sudah berkeluarga, hingga simbol status sosial.

BACA JUGA:Sejarah Singkat Kerajaan Singasari Beribukota Di Tumpal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: