Sosok Raja Jawa Mangkunegara VI: Pemimpin Sederhana yang Dicintai Rakyatnya

Sosok Raja Jawa Mangkunegara VI: Pemimpin Sederhana yang Dicintai Rakyatnya

Istimewa/internet--

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Mangkunegara VI, yang dikenal dengan nama asli Raden Mas Suyitno, adalah salah satu pemimpin Jawa yang dikenang karena sikapnya yang menolak hidup mewah dan memilih untuk berfokus pada kesejahteraan rakyat.

Mengambil alih takhta Pura Kadipaten Mangkunegaran di Solo pada tahun 1896, ia menggantikan kakaknya yang meninggal muda dan langsung menghadapi tantangan besar.

Pada masa itu, kondisi kerajaan sedang dalam krisis, dengan bisnis gula yang merugi dan kas kerajaan yang semakin menipis.

Alih-alih memanfaatkan kekuasaannya untuk memperkaya diri, Mangkunegara VI justru memulai serangkaian reformasi yang mengubah arah kerajaan.

BACA JUGA:Mengulik Kearifan Lokal Merti Desa di Desa Ngadiharjo, Borobudur Kabupaten Magelang

BACA JUGA:Darli SH dan Arifai Resmi Menjabat Sebagai Ketua dan Wakil Ketua Sementara DPRD Begini Ungkapan Darli

Ia memilih untuk hidup sederhana, menolak tunjangan yang biasanya dinikmati oleh para bangsawan.

Keputusan ini merupakan langkah pertama dalam mengatasi masalah keuangan kerajaan yang kritis.

Sebagai bagian dari reformasinya, Mangkunegara VI mengurangi anggaran biaya hidup bangsawan dan menyederhanakan berbagai macam pesta, yang sebelumnya merupakan tradisi mewah di kalangan bangsawan Jawa.

Ia juga mengurangi jumlah pegawai yang tidak kompeten dan menghentikan praktik feodalisme, seperti kebiasaan berjalan jongkok untuk menghormati bangsawan dan raja.

Langkah-langkah ini tidak hanya berhasil menambah kas kerajaan tetapi juga mengubah budaya yang telah lama mengakar di dalam kerajaan.

BACA JUGA:Pelantikan 35 Anggota DPRD Empat Lawang: Simak Berikut 22 Nama Anggota Wajah Baru

BACA JUGA:Kisah Perkawinan Sunan Gunung Jati dengan Nyimas Kawunganten: Awal Mula Kerajaan Banten

Selain itu, Mangkunegara VI sangat pro-rakyat. Ia aktif memberikan beasiswa pendidikan, mendirikan sekolah untuk perempuan, dan membuka ruang bagi berbagai kelompok, termasuk mengizinkan orang Tionghoa mendirikan rumah duka dan mendukung penyebaran agama Kristen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: