Legenda Pemandian Sembilan Bidadari di Airmadidi | Cerita Rakyat Kabupaten Minahasa Utara
Kolam Pemandian 9 Bidadari, Airmadidi Minahasa Utara.--
BACA JUGA:Kisah Pahlawan Kulano Dagho dan Perdamaian yang Mereka Ciptakan | Cerita Rakyat Kepulauan Sangihe
Dia mencuri salah satu sayap putih milik putri tersebut dan menyembunyikannya.
Namun, sebelum Mamanua tiba di pemandian, para putri lainnya telah mengambil kembali sayap-sayap mereka dan terbang kembali ke kayangan.
Hanya putri bungsu yang tidak bisa terbang karena sayapnya yang hilang.
Karena kehilangan kemampuan terbang, putri bungsu yang bernama Lumalundung tinggal di bumi.
BACA JUGA:Pomomutula dan Pomomantdowa di Bolaang Mongondow Utara: Kisah Perjalanan dan Asal Usul Namanya
Mamanua merawat dan menikahinya, dan mereka memiliki seorang anak yang diberi nama Walang Sendow.
Waktu berlalu, dan kehidupan mereka bahagia hingga suatu hari ketika Lumalundung sedang menyusui Walang Sendow, Mamanua melihat kutu di kepala istrinya.
Tanpa berpikir panjang, Mamanua mencoba membersihkan kutu tersebut, bahkan mencabut beberapa helai rambut Lumalundung.
Hal ini seharusnya tidak dilakukan, karena itu adalah pantangan bagi Lumalundung, dan bekas rambut yang tercabut mengeluarkan darah tanpa henti.
BACA JUGA:Kisah Nini Kudampai, Angui, dan Gunung Batu Hapu | Cerita Rakyat Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan
Mamanua bingung dan keluar rumah, sementara Lumalundung mencari sayap yang telah dia sembunyikan.
Setelah menemukan sayap itu, Lumalundung memakainya dan terbang kembali ke kayangan.
Di luar rumah, awan putih rendah yang terpencar seperti kapas muncul, membawa cuaca yang baik.
Mamanua yang kehilangan Lumalundung merasa sangat sedih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: