Kisah Awang Sukma dan Telaga Bidadari | Cerita Rakyat Kalimantan Selatan

ILUSTRASI--
BACA JUGA:Legenda Terbentuknya Pulau Weh dan Kota Radja | Cerita Rakyat Aceh
Dalam waktu singkat, dia meminang sang putri, dan mereka menjadi suami-istri.
Mereka bahkan memiliki seorang anak perempuan yang cantik bernama Kumalasari.
Namun, suatu hari, saat putri bungsu sedang mencari ayam, dia menemukan pakaian yang hilang itu di lumbung padi.
Ketika dia mengenakannya, bergejolak dalam dirinya perasaan campuran antara kemarahan dan cinta kepada suaminya.
BACA JUGA:Fenomena Hujan Darah dalam Perspektif Al-Quran, Hujan Katak dan Hujan Darah, Kisah dalam Al-Quran
Dengan hati berat, dia memutuskan untuk kembali ke kahyangan.
Sambil memeluk dan mencium putrinya, Kumalasari, sambil menangis, dia meninggalkan suaminya.
Tangis mereka berdua, ibu dan anak, membuat Awang Sukma terbangun dari tidurnya.
Dia menyadari bahwa saat perpisahan telah tiba. Putri bungsu memberikan pesan terakhir kepadanya, untuk mengambil tujuh biji kemiri dan meletakkannya dalam bakul jika Kumalasari merindukannya.
BACA JUGA:Cerita Rakyat Kalimantan Selatan: Legenda Ular Dandaung dan Putri Raja
Awang Sukma harus menggoyangkan bakul itu sambil memainkan lagu dengan sulingnya.
Itu satu-satunya cara agar putri bungsu datang kembali untuk melihat suami dan anaknya.
Awang Sukma menuruti pesan istrinya, meskipun kerinduannya sangat besar.
Meskipun demikian, takdir memisahkan mereka secara fisik, tetapi mereka selalu bersatu dalam kenangan dan lagu suling yang indah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: