Fenomena Hujan Darah di Inggris, Debu Sahara dan Kaitannya dengan Hujan Berwarna Merah

Fenomena Hujan Darah di Inggris, Debu Sahara dan Kaitannya dengan Hujan Berwarna Merah

Fenomena Hujan Darah di Inggris, Debu Sahara dan Kaitannya dengan Hujan Berwarna Merah-ist/net-

Fenomena Hujan Darah di Inggris, Debu Sahara dan Kaitannya dengan Hujan Berwarna Merah

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Hujan Darah di Inggris, sering kali disebut sebagai "Blood Rain," adalah fenomena alam yang telah memikat perhatian dan rasa ingin tahu banyak orang selama beberapa dekade terakhir.

Meskipun tidak terlalu umum, saat terjadinya hujan darah, langit di Inggris bisa diselimuti oleh tetesan hujan yang memiliki warna merah misterius.

Fenomena ini telah memicu berbagai teori dan spekulasi.

BACA JUGA:Asal-usul Tebing Peninjauan: Legenda Kerajaan di Kecamatan Rawas Ulu, Sumatera Selatan

Salah satu kunci dalam pemahaman fenomena hujan darah ini adalah keterkaitannya dengan Debu Sahara.

Debu Sahara adalah partikel-partikel halus yang berasal dari gurun Sahara di Afrika Utara.

Ketika angin membawa debu ini melintasi Laut Atlantik, partikel-partikel debu ini dapat bereaksi dengan kondisi atmosfer di Inggris, menyebabkan hujan yang berwarna merah.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Sumatera Selatan, Legenda Putri Kemarau Selamatkan Negeri dari Musibah Kemarau Panjang

Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi fenomena hujan darah di Inggris, mencoba memahami penyebab sebenarnya dari warna merah yang misterius ini, dan mengungkap kaitan erat antara Debu Sahara dan fenomena alam yang memukau ini.

Pada pekan ini, Inggris akan menjadi saksi dari sebuah fenomena alam yang cukup mengejutkan dan mengerikan, yang dikenal dengan istilah "Hujan Darah."

Fenomena ini merupakan hasil dari debu yang berasal dari gurun Sahara, yang terbawa oleh angin hingga mencapai Inggris. Ketika debu ini bersentuhan dengan hujan, air yang turun akan berubah menjadi warna merah yang menakutkan.

BACA JUGA:Legenda Terbentuknya Pulau Weh dan Kota Radja | Cerita Rakyat Aceh

Citra satelit dari lembaga antariksa European Space Agency (ESA) telah memperlihatkan bagaimana gelombang debu dari Sahara mengarah ke Laut Atlantik dan bahkan mencapai wilayah Karibia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: