Ternyata Begini Tradisi Patauan Budaya Suku Besemah di Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam

Ternyata Begini Tradisi Patauan Budaya Suku Besemah di Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam

Ilustrasi.--

Terutama jika warga setempat menikah dengan pasangan hidup dari daerah lain, bahkan dari luar Sumatera.

BACA JUGA:Bukti Kota Saranjana Banyak Mitos yang Bikin Melongo dari Pesanan Alat Berat Hingga Pesanan Mobil Mewah

“Kan banyak yang menikah dengan orang jawa, orang medan dan lainnya. Kalau nikah dengan tetangga atau warga tetangga kampung, biasanya hanya ditanya keturunan siapa. Atau, jika mereka sudah tahu, hanya ingin dicicipi saja hidangan yang disajikan,” ungkap salahsatu Warga Kota Pagar Alam, Juki.

Menurutnya, jenis-jenis pantauan itu lebih pada bagian setiap acara-acara yang terjadi. Baik itu yang bersifat sukacita maupun duka cita.

“Pantauan Bunting, pantauan Idul Fitri, Idul Adha dan lain-lain. Ada juga pantauan ketika datangnya musibah kematian,” katanya.

BACA JUGA:BKKBN-TNI AL Gelar Kolaborasi Serentak Percepatan Penurunan Stunting di Daerah

Disaat salah satu warga meninggal, maka tetangga terdekat dan sanak saudara wajib membantu warga yang tertimpa musibah itu.

Caranya dengan menyiapkan makanan dan minuman untuk warga lain yang datang, atau membantu prosesi memandikan, menyolatkan hingga menguburkan mayit.

“Disaat salah satu warga tertimpa musibah, warga lain tak ingin memberatkannya. Warga lain dengan sukarela dan kesadaran tinggi yang akan menyambut para pelayat yang datang, termasuk menyiapkan minum ataupun makan,” katanya.

BACA JUGA:Antisipasi Iklim El Nino, Sumsel Diberi Tugas Tingkatkan Persediaan Beras

Karena, kata Juki, ketika ada warga yang meninggal, maka yang datang melayat bisa dari berbagai kampug. Apalagi jika yang meninggal orang yang memiliki pergaulan luas, dan memiliki teman banyak.

Saat itu, tawaran minum atau makan bisa kepada siapa saja yang datang. Walau tidak kenal sekalipun, atau bukanlah orang yang dikenali.

Rasa empati dan toleransi telah tertanam dan membudaya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat disana.

BACA JUGA:Kepala Sekolah di Ponorogo Pilu, Sekolah Berprestasi Dipimpinnya Tidak Ada Murid Baru

Semboyan Setunggu Segantian yang terpampang pada tugu batas wilayah betul-betul dihayati dan dijalankan dengan suka hati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: