Mumi yang sudah jadi kemudian ditempatkan dalam peti mati yang dihias dengan indah, sering kali di dalam peti mati bertingkat.
Peti mati ini kemudian ditempatkan di dalam makam yang dilengkapi dengan perabotan, makanan, dan barang-barang yang dianggap perlu di kehidupan setelah mati.
BACA JUGA:Menggunakan Teknologi Canggih pada Masanya, Ini Rahasia di Balik Pembangunan Piramida Mesir
BACA JUGA:Dr KH Idham Chalid, Sang Tokoh Nasional dari Kalimantan Selatan
Proses mumifikasi menunjukkan tingkat keahlian dan pengetahuan ilmiah yang tinggi.
Ahli pembalsam Mesir kuno memahami anatomi manusia dan memiliki akses ke bahan-bahan kimia yang efektif dalam pengawetan.
Teknologi yang digunakan, seperti alat-alat untuk mengangkat otak dan menyegel tubuh dengan resin, menunjukkan tingkat inovasi yang luar biasa.
Mumifikasi adalah bagian dari keyakinan religius yang mendalam di Mesir kuno.
Orang Mesir percaya bahwa tubuh yang terpelihara dengan baik diperlukan untuk kehidupan setelah mati.
BACA JUGA:Pahlawan Nasional Asal Kalimantan: Brigjen TNI (Purn) Hasan Basry Sang Revolusioner Sejati
BACA JUGA:Mengenal Pahlawan Nasional Asli Kalimantan - Pangeran Antasari Sang Panglima Perang dari Banjar
Ritual dan mantra yang dilakukan selama proses mumifikasi dimaksudkan untuk melindungi jiwa dan memastikan perjalanan yang aman ke alam baka.
Beberapa dewa yang terkait erat dengan mumifikasi adalah Anubis, dewa pemakaman dan pembalseman, serta Osiris, dewa kehidupan setelah mati.
Upacara keagamaan, seperti "Pembukaan Mulut," dilakukan untuk menghidupkan kembali indera mumi di alam baka.
Penemuan mumi oleh arkeolog modern telah memberikan wawasan mendalam tentang teknik dan praktik mumifikasi.
Studi menggunakan teknologi canggih seperti CT scan dan analisis kimia telah mengungkapkan banyak detail tentang proses dan bahan yang digunakan.