Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang latar belakang, peristiwa, dan makna spiritual dari Kisah Karomah Kyai Yahya Malang, yang menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam perjuangan melawan penjajah.
Kyai Yahya Malang adalah sosok yang dipenuhi dengan berbagai kisah dan karomah dalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Salah satu kisah yang menjadi legenda adalah keajaiban yang terjadi ketika ia mampu menjinakkan bom-bom Belanda hanya dengan bermodalkan hizib.
Hizib adalah bagian dari ilmu hikmah. Sementara keberadaan ilmu hikmah di pesantren sebagai pelengkap dari pengetahuan Islam. "Hizib itu termasuk bagian dari ilmu hikmah.
BACA JUGA:Dahsyatnya Keutamaan Sedekah Subuh Menurut Syech Ali Jaber, Penuh Berkah
Pada masa perjuangan kemerdekaan, pondok pesantren yang dipimpin oleh Kyai Yahya Malang menjadi sasaran operasi Belanda.
Hal ini karena pondok pesantren tersebut menjadi basis perjuangan rakyat. Namun, meskipun Belanda mencoba untuk menghancurkannya dengan bom sebanyak tujuh kali, tidak satu pun bom tersebut meledak.
Putra Kyai Yahya, KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya, mengungkapkan kejadian tersebut. "Sampai di bom tujuh kali oleh Belanda, tapi tidak ada yang meletus," ujar KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya, dengan bangga menceritakan kisah tersebut.
BACA JUGA:Lakukan 4 Amalan Ini untuk Membuka Jalan Rezeki Menurut Syekh Ali Jaber
Namun, cerita yang berbeda terkait dengan Kyai Yahya Malang pernah didengar dari Kyai Arid, putra Kyai Yahya, yang menceritakan pengalaman ibundanya, Nyai Siti Khodijah.
Menurut Nyai Khodijah, selama menjadi pengasuh pesantren, Kyai Yahya tidak pernah pergi kemana-mana kecuali untuk mengajar saja.
Ia hidup sederhana dan penuh ketakwaan. "Abahmu tidak tahu nandi-nandi, tidak tahu rono-rono. Jika tidak di pesantren, malamnya pasti tidur di sampingku," ujarnya, menirukan ucapan ibunya.
BACA JUGA:Kisah Kiai NU Mampu Angkat Panser TNI Hanya dengan Tangan Kiri
Wakil Kepala Madrasah Diniyah Salafiyah Matholi'ul Huda PPMH, Ustadz M. Qusyairi, menjelaskan betapa besar jasanya dalam perkembangan pesantren.
Dibawah kepemimpinannya, PPMH berkembang pesat, dan santri yang datang tidak hanya dari Jawa, tetapi juga dari provinsi lain di Indonesia.