Perbedaan utama antara pernikahan gaib di Jepang dan China adalah bahwa pasangan yang terlibat bukanlah manusia.
Orang yang meninggal tidak menikah dengan manusia yang hidup atau mati, melainkan dengan boneka.
Pada masa lalu, aturan pernikahan gaib seperti yang ada di China juga diterapkan di Jepang.
BACA JUGA:Daftar 5 Kisah Legendaris Anak Durhaka pada Ibu, Ada Si Kintan, Bikin Nyesak di Dada
Namun, kemudian penggunaan boneka menjadi lebih umum, terutama sejak tahun 1930-an.
Dalam pernikahan gaib dengan boneka, gambar orang yang telah meninggal ditempatkan di samping boneka dalam wadah kaca dan dijaga selama 30 tahun, periode ketika arwah orang tersebut dianggap sudah beralih ke dunia berikutnya.
3. Prancis
Di Prancis, terdapat tradisi yang memungkinkan seseorang menikahi pasangan yang telah meninggal.
BACA JUGA:Danau Laut Tador di Mana? Berikut Legenda Asal Mulanya, Kehilangan yang Mengubah Sebuah Desa
Jika seorang wanita hamil ketika pasangannya meninggal, anak yang lahir dianggap sebagai keturunan dari pasangan yang telah meninggal.
Peraturan pernikahan semacam itu diperkenalkan di Prancis pada masa pemerintahan Napoleon, dan awalnya muncul sebagai tanggapan terhadap bencana tertentu.
Sebagai contoh, pada tahun 1959, bendungan Malpasset di Prancis jebol dan menewaskan banyak orang. Seorang wanita bernama Irène Jodard meminta izin untuk menikahi tunangannya yang telah meninggal dalam bencana tersebut.
Hal ini memicu pembahasan hukum yang kemudian mengizinkan pernikahan setelah kematian.
BACA JUGA:Daftar 5 Kisah Legendaris Anak Durhaka pada Ibu, Ada Si Lancang, Bikin Geram
Praktik pernikahan semacam ini masih berlanjut di Prancis, sering kali terkait dengan cerita yang menyentuh hati.
Misalnya, pada tahun 2009, seorang wanita bernama Magali Jaskewicz menikahi tunangannya yang telah meninggal, Jonathan George, yang juga ayah dari dua anak perempuannya.