Ranggawarsita: Pujangga Terakhir dari Tanah Jawa

Ranggawarsita: Pujangga Terakhir dari Tanah Jawa

Istimewa/internet--

Pada tahun 1821, Burhan menikah dengan Raden Ayu Gombak dan tinggal di Kediri. Namun, rasa jenuh membuatnya berkelana, konon hingga ke Bali untuk memperdalam ilmu sastra Hindu.

Tragedi besar dalam hidupnya terjadi ketika ayahnya, Mas Pajangswara, ditangkap dan disiksa hingga tewas oleh Belanda karena diduga terlibat dalam pemberontakan Pangeran Diponegoro.

Fitnah yang menganggap Mas Pajangswara telah membocorkan informasi kepada Belanda mempengaruhi hubungan antara Pakubuwana IX dengan Ranggawarsita.

Pakubuwana IX, yang naik takhta pada tahun 1861, kurang menyukai Ranggawarsita, menganggapnya sebagai putra dari pengkhianat.

Meski mengalami berbagai tekanan, Ranggawarsita terus berkarya dan menghasilkan banyak karya sastra yang tak lekang oleh waktu setelah diangkat sebagai pujangga utama Kasunanan Surakarta pada tahun 1845 oleh Pakubuwana VII.

BACA JUGA:Ternyata Ini Alasannya Mengapa Kasus Perceraian Artis Selalu Heboh

BACA JUGA:Wow! Ada Promo Bagi Nasabah BRI Pekan Terakhir Agustus di Berbagai Kota, Palembang Juga Ada!

Namun, karena tulisan-tulisannya yang dianggap membangkitkan semangat perjuangan pribumi, ia dianggap sebagai jurnalis berbahaya oleh pihak Belanda dan keluar dari jabatannya sebagai redaktur surat kabar Bramartani pada tahun 1870.

Kematian Ranggawarsita pada 24 Desember 1873 menambah lapisan misteri pada hidupnya.

Spekulasi muncul bahwa ia mungkin dihukum mati, sebagaimana tercantum dalam karya terakhirnya, Serat Sabdajati, yang menyebut tanggal kematiannya.

Namun, elit keraton Kasunanan Surakarta berpendapat bahwa Ranggawarsita adalah seorang peramal ulung yang mampu meramal hari kematiannya sendiri.

Setelah meninggal, Ranggawarsita dimakamkan di Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.

BACA JUGA:Kisah Kerajaan Tarumanegara: Salah Satu Kerajaan Tertua di Nusantara

BACA JUGA:Faversham Menang Tipis 1-0, Whitstable Berjaya dengan Hat-Trick Harvey Smith

Makamnya menjadi tempat ziarah yang dihormati dan dikunjungi oleh dua presiden Indonesia, Soekarno dan Gus Dur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: