Pengubahan Makam Leluhur: Fakta dan Kontroversi, Makam Leluhur Pra-Islam di Tatar Sunda

Pengubahan Makam Leluhur: Fakta dan Kontroversi, Makam Leluhur Pra-Islam di Tatar Sunda

Istimewa/internet--

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pada masa praislam, ketika agama Hindu-Buddha, animisme, dan dinamisme masih dominan di Nusantara, khususnya di Tatar Sunda, terdapat sejumlah tokoh penting yang kini menjadi bagian dari sejarah Sumedang.

Salah satunya adalah Prabu Dharma Satyajaya Warunadewa, Raja ke-5 dari Kerajaan Salakanagara, yang memiliki tujuh putra.

Tiga dari putranya diketahui datang ke Sumedang dan meninggalkan jejak yang masih bisa ditemukan hingga sekarang, meski keberadaan kerajaan Salakanagara sendiri masih menjadi perdebatan.

Namun, yang menjadi sorotan dalam diskusi ini bukanlah perjalanan sejarah mereka, melainkan kondisi makam atau petilasan para leluhur tersebut.

BACA JUGA:Benteng Pendem Cilacap: Peninggalan Sejarah yang Menawan Wisatawan

BACA JUGA:Simak Berikut Sejarah Benteng Willem II atau Benteng Pendem Cilacap: Ditemukan dalam Kondisi Tertimbun Tanah

Keaslian makam-makam praislam ini, yang semula bukanlah makam versi Islam, kini mengalami perubahan signifikan.

Makam Prabu Jaya Bhuana Ningrat, yang dikenal sebagai Buyut Sinuhun, telah diubah menjadi makam versi Islam.

Perubahan ini tidak hanya terjadi pada fisik makam, tetapi juga pada narasi yang melingkupinya.

Hal serupa juga terjadi pada makam Prabu Daniswara, meskipun tidak seluruhnya mengalami perubahan.

BACA JUGA:Yuk Simak Berikut Sejarah Perang Baratayuda Dalam Mahabharata

BACA JUGA:Tun Fatimah Srikandi Melaka Dalam Catatan Sejarah

Satu-satunya makam yang diketahui masih mempertahankan keasriannya adalah makam Prabu Surabima, sedangkan empat makam lainnya yang masih memiliki keterkaitan saudara belum mendapatkan pembaruan informasi.

Yang lebih memprihatinkan, beberapa tokoh yang hidup dan meninggal pada masa praislam diberi gelar syekh atau gelar Islam lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: