Pulau St. Kilda, Kisah Kehidupan dan Keberadaan Terpencil di Ujung Dunia

Sistem sosial di St. Kilda juga unik. Komunitas ini hidup dalam bentuk demokrasi langsung di mana semua keputusan penting diambil secara kolektif.

Meskipun populasi pulau ini tidak pernah melebihi 200 orang, Kildans mampu mempertahankan kehidupan yang harmonis dan berkelanjutan selama berabad-abad.

BACA JUGA:Dampak Bom Atom Nagasaki: Titik Balik Menuju Kemerdekaan Indonesia

Mereka juga memiliki bahasa Gaelik Skotlandia sendiri, yang berbeda dengan dialek di daratan utama.

Meskipun hidup dalam isolasi, penduduk St. Kilda memiliki beberapa kontak dengan dunia luar.

Kapal-kapal datang beberapa kali dalam setahun membawa pasokan dan pengunjung, tetapi kunjungan ini sering kali dibatasi oleh cuaca buruk.

Di antara kunjungan-kunjungan ini, Kildans bergantung pada sumber daya mereka sendiri untuk bertahan hidup.

BACA JUGA:Kisah Kontribusi Raja Melayu-Sriwijaya Terhadap Pembangunan Biara di Universitas Nalanda

BACA JUGA:Apa yang Membuat Borobudur, Candi Terbesar di Dunia, Ditanggalkan?

Salah satu aspek yang paling menarik dari kehidupan di St. Kilda adalah cara mereka menjaga hubungan dengan dunia luar melalui "sistem surat botol".

Karena komunikasi dengan daratan utama sangat sulit, penduduk sering mengirim pesan dalam botol-botol yang dilemparkan ke laut, berharap botol-botol tersebut akan sampai ke kapal yang melintas atau ke pantai Skotlandia.

Namun, kehidupan di St. Kilda mulai berubah pada abad ke-19, ketika pengaruh luar mulai merasuki pulau ini.

Peningkatan kunjungan dari wisatawan dan misionaris membawa perubahan pada cara hidup Kildans, dan banyak tradisi mereka mulai terkikis.

BACA JUGA:Tun Fatimah, Srikandi Melayu yang Bermakam di Kampar

BACA JUGA:Kisah Kontribusi Raja Melayu-Sriwijaya Terhadap Pembangunan Biara di Universitas Nalanda

Sumber: