Karoseri Laksana Siapkan Pabrik Khusus untuk Produksi Bus Listrik

Karoseri Laksana Siapkan Pabrik Khusus untuk Produksi Bus Listrik

Karoseri Laksana Siapkan Pabrik Khusus untuk Produksi Bus Listrik. Foto: dok/detik.com--

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Industri kendaraan niaga di Indonesia kini tengah mengalami transformasi besar seiring dengan semakin populernya teknologi elektrifikasi.

Tren ini tidak hanya terjadi pada kendaraan penumpang, tetapi juga mulai merambah ke segmen kendaraan niaga, seperti bus.

Karoseri Laksana, salah satu produsen bodi bus terkemuka di Indonesia, merespons tren ini dengan serius.

Saat ini, Laksana tengah mempersiapkan pabrik baru yang didedikasikan khusus untuk produksi bus listrik.

BACA JUGA:Hyundai Perluas Jejak di Asia Tenggara dengan Investasi Pabrik Mobil Listrik di Thailand

BACA JUGA:Peluncuran Perdana Bus Mercedes-Benz O500 RSD 2445 di Asia oleh DCVI

Technical Director Laksana, Stefan Arman, mengungkapkan bahwa perusahaan sedang melakukan berbagai peningkatan dalam proses produksi guna mengakomodasi kebutuhan bus listrik.

"Kami sedang mengembangkan lini produksi khusus untuk bus listrik di Laksana. Kami sudah memiliki lahan dan sedang menyiapkan fasilitasnya," ungkap Stefan di Tangerang, Juli 2024 lalu.

Stefan menjelaskan bahwa proses produksi bus listrik secara umum lebih sederhana dibandingkan bus konvensional, terutama karena arsitektur sasisnya yang lebih simpel—tidak memerlukan sistem transmisi dan mesin konvensional.

BACA JUGA:Bus Pariwisata Pangeran Rilis Bus Mewah dengan Spesifikasi Sultan

BACA JUGA:Bus Hantu Alas Roban: Legenda Mistis dari Jalanan yang Angker

Namun, ia juga menyoroti tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan bus listrik, yakni mengelola bobot total kendaraan agar tetap sesuai dengan regulasi yang berlaku.

"Tantangan utama kami adalah mengompensasi berat baterai yang cukup signifikan. Di Indonesia, regulasi untuk bus listrik masih sama dengan bus konvensional, dengan batasan berat hingga 16 ton untuk bus ukuran 12 meter. Sementara itu, bus listrik cenderung lebih berat sekitar 3 ton dibandingkan bus diesel karena baterainya," jelas Stefan.

Dengan regulasi yang tidak membedakan antara bus listrik dan bus diesel, Laksana harus mencari solusi agar bodi bus tetap ringan tanpa mengurangi kapasitas penumpang secara signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: