Mengulik Tiga Pangeran Sunda Berebut Tahta Kerajaan Galuh dan Sunda
Istimewa/internet--
RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Bersatunya Kerajaan Galuh dan Sunda membentuk Pajajaran memang memperkuat kerajaan itu.
Namun, persatuan tersebut juga memantik konflik baru, sebab tiga pangeran yang sejatinya layak menjadi raja tampil dengan ambisinya masing-masing.
Mereka adalah Amuk Marugul, Walangsungsang, dan Surawisesa.
Pajajaran dibentuk pada 1482 dengan melengserkan dua raja dari Kerajaan Galuh dan Sunda, kemudian menobatkan Sri Baduga Maharaja sebagai raja dari dua kerajaan yang disatukan.
BACA JUGA:Kebakaran Hebat di Dusun Tunggul Hitam, Tiga Rumah Habis Terbakar
BACA JUGA:Wanita Taiwan Temukan Pendaki Telanjang di Gunung Yangmingshan, Viral di Media Sosial
Sri Baduga Maharaja adalah putra mahkota Kerajaan Galuh, dan pengangkatannya disetujui oleh Raja Sunda dengan syarat Kentring Manik Mayang Sunda, putri dari Raja Sunda, harus dikawinkan dengan Sri Baduga Maharaja.
Keturunan yang lahir dari pernikahan ini nantinya akan menjadi pewaris tahta Kerajaan Pajajaran.
Ketetapan ini diprakarsai oleh para pandita dan resi dari kedua kerajaan tersebut.
Namun, ketetapan tersebut melukai hati dua pangeran yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai putra mahkota di Kerajaan Sunda dan Galuh, yaitu Amuk Marugul dan Walangsungsang.
BACA JUGA:New Honda FORZA350 dan Honda Scoopy Hello Kitty Limited Edition Dirilis Khusus Pasar Thailand
BACA JUGA:Suami Ditinggal Istri Tanpa Kabar Setelah 6 Hari Menikah
Amuk Marugul adalah putra mahkota dari Kerajaan Sunda sebelum kerajaan itu disatukan dengan Galuh.
Dirajakannya Sri Baduga Maharaja membuat Amuk Marugul muak, dan ia menjadi pengkritik setiap kebijakan Sri Baduga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: