Sejarah dan Peran Benteng Du Bus Papua, Satu-satunya Benteng Belanda di Tanah Cendrawasih

Sejarah dan Peran Benteng Du Bus Papua, Satu-satunya Benteng Belanda di Tanah Cendrawasih

Lukisan benteng Du Bus.--

Setelah pendirian benteng, hubungan antara pihak Belanda dan penduduk pribumi diatur dalam surat-surat perjanjian.

Perjanjian ini ditandatangani oleh Sendawan (Raja Namatota), Kassa (Raja Lahakia), dan Lutu (Orang kaya di Lobo dan Pulau Miwara).

Mereka diangkat sebagai kepala daerah oleh Belanda dan diberikan surat pengangkatan serta tongkat kekuasaan berkepala perak. Selain ketiga kepala daerah ini, diangkat pula 28 kepala daerah bawahan.

BACA JUGA:Asal Usul Hantu Palasik: Fakta atau Sekedar Mitos?

Para pemukim di benteng ini membuka perdagangan dengan suku-suku pesisir Asmat dan pedalaman Papua, serta dengan pedagang dari Seram.

Mereka menukar berbagai barang seperti kulit massoia, kayu aromatik, pala, teripang, burung cendrawasih, dan sarang burung.

Namun, pemukim Belanda menghadapi tantangan berat, termasuk wabah penyakit seperti malaria dan serangan dari suku-suku Seram dan Goram.

Akibatnya, pada tahun 1835, perintah dari Ambon menginstruksikan pembongkaran dan penarikan pemukiman tersebut.

BACA JUGA:Eksplorasi Keindahan Alam: Curug Putri Palutungan di Kuningan, Jawa Barat

Kunjungan Jules Dumont d'Urville dan Pengaruh Jangka Panjang

Pada tahun 1839, penjelajah Prancis Jules Dumont d'Urville mengunjungi lokasi benteng ini dan menemukan beberapa sisa bangunan serta kebun jeruk dan jalan yang diapit pohon kelapa.

Petugas kolonial Hindia Belanda terus mengunjungi Teluk Triton secara sporadis setelahnya, meskipun benteng tersebut tidak lagi digunakan sebagai pos militer permanen.

Benteng Du Bus memainkan peran penting dalam sejarah kolonisasi Belanda di Papua. 

BACA JUGA:Berikut Jadwal Lengkap Presiden Jokowi Kunjungi Lima Kabupaten di Sumatera Selatan dalam Dua Hari

Meskipun hanya bertahan beberapa tahun, pendirian benteng ini menandai awal kehadiran kolonial Belanda di wilayah tersebut dan mempengaruhi dinamika politik dan sosial di Papua hingga masa-masa selanjutnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: