Makam Gantung Blitar: Tempat Keramat yang Bisa Membangkitkan Orang Mati!
Makam Gantung Blitar.--
Beliau menjabat sebagai Patih Blitar sejak tahun 1808 hingga tahun 1909. Beliau meninggal pada Hari Kamis Pon, tanggal 18 Safar 1839 atau 11 Maret 1909, saat berusia 84 tahun.
Makam ini dibangun pada 11 Ruwah 1840 atau 18 Agustus 1910, atas perintah Sultan Hamengkubuwono VIII.
BACA JUGA:Legenda Parakang Sulawesi Selatan: Misteri Makhluk Jadi-Jadian yang Menakutkan
BACA JUGA:Danau Toakala: Keindahan Alam dan Legenda Romantis di Tengah Taman Nasional Bantimurung
Salah satu hal yang membuat makam ini unik adalah tradisi meletakkan baju kebesaran dan senjata Patih Blitar di atas pusaranya.
Hal ini dilakukan untuk menghormati Eyang Digdo dan menjaga ilmu pancasona yang dimilikinya. Konon, jika jasad Eyang Digdo menyentuh tanah, beliau akan hidup kembali dan mengamuk.
Oleh karena itu, makam ini harus selalu dijaga dan dirawat oleh keturunan dan warga setempat.
Banyak peziarah yang datang ke makam ini untuk berdoa, meminta berkah, atau sekadar melihat keunikan makam gantung.
BACA JUGA:Misteri Saranjana: Asal Usul Kota Gaib di Pulau Laut Kalimantan Selatan
BACA JUGA:Apa itu Kota Saranjana? Inilah Fakta dan Sejarahnya!
Beberapa di antaranya bahkan percaya bahwa Eyang Digdo masih hidup dan bersemayam di makam tersebut.
Mereka mengaku mendengar suara atau merasakan kehadiran Eyang Digdo saat berada di dekat makam.
Makam gantung Blitar menjadi salah satu bukti dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki oleh Indonesia.
Makam ini juga menjadi saksi bisu dari kehebatan dan keilmuan Patih Blitar yang legendaris. Sebuah kisah yang terus hidup dan melegenda di hati masyarakat Blitar dan Indonesia. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: