Rein, Pemilik 45 Catatan si Kecil Meniti Jalan Takdir

Rein, Pemilik 45 Catatan si Kecil Meniti Jalan Takdir

FOTO: IST FOR REL Rena Fitriani (Penulis dan Tenaga Pengajar) --

EMPAT LAWANG, RAKYATEMPATLAWANG.COM - Rena Fitriani, lebih akrab disapa Rein, adalah perempuan 23 tahun, berkepribadian introvert akut, dan mempunyai hobi menulis di buku harian. Putri Bungsu dari dua bersaudara ini, tergolong pendiam dan cukup mengalami kesulitan tatkala berbincang dengan orang banyak. Sebaliknya, ia bisa dengan mudah mengeluarkan maksud dan isi kepalanya melalui rangkaian kata.

BACA JUGA : 6 Daftar Penulis dari Empat Lawang, 3 Diantaranya Stay di Kampung Halaman

Simak cerita tentang Rein di bawah ini:

Anita Silvia - Empat Lawang

Beranjak dari rutin menulis aktivitas harian di buku diary, Rein berlanjut suka pada bidang kepenulisan lainnya. Berawal dari hobi mencoba-coba, ia mengikuti event kepenulisan online yang ditemukan pada sosial media. Sudah ada belasan karya antologi yang mencakup berbagai kategori yakni puisi, cerpen, kumpulan quotes, serta non-fiksi.

Di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswa kala itu, tepat pada Juli 2020 lahirlah sebuah karya solo yang merupakan adaptasi dari buku hariannya. Buku berjudul "45 Catatan si Kecil Meniti Jalan Takdir" resmi dipublish oleh Penerbit Guepedia.

BACA JUGA : Tidak Harus Bepengetahuan luas, Ini Kiat-Kiat Menjadi Penulis Pemula Dijamin Sukses

45 Catatan Si Kecil, Meniti Jalan Takdir⁣, Belajar memaknai setiap kejadian yang dilalui, adalah sebuah buku yang berisi 45 potongan kisahnya dalam meniti jalan takdir. Rein mencoba memetik hikmah dari setiap kejadian hidup yang dilalui. Kemudian, merangkainya menjadi kata-kata receh, yang semoga saja bisa berfaedah bagi pembacanya.⁣

Perempuan lulusan Universitas Sriwijaya (UNSRI) ini mengakui bahwa tak ada diksi yang begitu berarti di buku yang diterbitkannya ini. Semuanya terlihat sangat sederhana, namun sarat akan makna. Setiap judul cerita dalam buku ini mempunyai isi dan pesan (kecil) yang berbeda. Hal ini membebaskan pembaca untuk memilih judul manapun yang ingin dibaca lebih dulu. ⁣

BACA JUGA : Baca Buku Serasa di Perpustakaan Tapi Bukan di Perpustakaan, Gimana Caranya?  

Ketika membaca buku ini, pembaca akan menyadari satu hal baru. Bahwa suatu kejadian yang mungkin dianggap sangat sepele dan begitu receh. Ternyata (bagi sebagian orang lain) mungkin juga mempunyai "something" yang tak terduga jika dimaknai lebih dalam. ⁣

"Menulis adalah cara ternyaman untukku dalam berkomunikasi serta mengungkapkan dan berekspresi," kata Rein, Selasa (3/1).

Seiring berjalannya waktu, ia mendapati alasan yang lebih dalam lagi. Dalam karya antologi yang bejudul 1000+ Alasan Menulis Setiap Hari, kala itu Rein menjabarkan 10 alasannya dalam menulis. Tiga diantaranya adalah representasi rasa, bentuk acuh terhadap ilmu, dan yang terakhir karena Allah SWT.

BACA JUGA : Buku Sastra Tutur Besemah di Launching  

Rein menyadari bahwa tulisan-tulisannya adalah representasi rasa yang ada dalam hati dan jiwanya. Melalui rangkaian kata, ia curahkan semuanya. Sedih, bahagia, canda serta air mata. Ia tidak bermaksud mengabadikan penderitaan hidupnya. Lebih jauh dari itu, ia mencoba berdamai lewat untaian kalimat dan menjadikannya pembelajaran hidup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: