Aji Saka merasa sedih dan marah mendengar jawaban itu.
Ia pun memutuskan untuk menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menawarkan diri sebagai korban.
BACA JUGA:Kisah Si Kabayan, Pembelajaran dan Kesetiaan dalam Cerita Rakyat Sunda
Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda belum juga membawa korban untuknya.
Ia mengancam akan memakan Patih Jugul Muda jika ia tidak segera membawa manusia untuk disantapnya.
Tiba-tiba, Aji Saka datang dengan berani menghadap Prabu Dewata Cengkar.
Ia menyerahkan diri sebagai korban dengan syarat bahwa ia akan mendapatkan tanah seluas serban yang ia kenakan.
Prabu Dewata Cengkar tertawa terbahak-bahak mendengar permintaan Aji Saka.
Ia mengira bahwa Aji Saka adalah orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.
Ia pun menyetujui permintaan Aji Saka dan memerintahkan Patih Jugul Muda untuk mengukur tanah sesuai dengan ukuran serban Aji Saka.
Namun, ketika Patih Jugul Muda mulai mengukur tanah, ia terkejut melihat bahwa serban Aji Saka terus memanjang tanpa henti.
BACA JUGA:Asal Mula Ikan Pesut di Sungai Mahakam | Legenda dari Pulau Kalimantan
Serban itu bahkan melampaui batas kerajaan Medang Kamulan dan masih terus memanjang.
Prabu Dewata Cengkar pun menjadi marah besar ketika menyadari bahwa Aji Saka telah menipunya.
Prabu Dewata Cengkar lalu berdiri dari singgasananya dan berteriak dengan keras.