BACA JUGA:Suku Mosuo: Masyarakat Matrilineal di Dataran Tinggi Tiongkok
Luak adalah semacam gubuk besar yang dihuni oleh ratusan sapi.
Di sini, para pemuda bertanggung jawab merawat sapi-sapi tersebut dan menjaga kebersihan mereka.
Namun, ada satu peraturan penting yang tidak boleh mereka langgar, yaitu membersihkan kotoran sapi.
Kotoran sapi dibiarkan menumpuk di dalam luak hingga mencapai tinggi beberapa meter.
BACA JUGA:Tradisi Eskimo di Serbia Sangat Unik, Salahsatunya 'Titip istri'
Para pemuda harus berjalan-jalan di atas kotoran sapi tersebut setiap hari tanpa alas kaki.
Mereka meyakini bahwa dengan menginjak kotoran sapi, mereka akan memperoleh kekuatan dan kesehatan dari sapi tersebut.
Selain itu, para pemuda harus memelihara rambut panjang yang dicat dengan abu dan lemak sapi.
Rambut mereka diberi bentuk berbagai model seperti tanduk, topi, atau mahkota, dan dihias dengan manik-manik, bulu burung, atau bunga.
BACA JUGA:Bertahan dalam Kisah Kelam, Sejarah dan Keangkeran Rumah Tua di Utara Kota Yogyakarta
Mereka juga harus mengenakan kalung yang terbuat dari gigi atau tanduk sapi.
Tradisi menginjak kotoran sapi ini berlangsung selama beberapa tahun hingga para pemuda dianggap siap untuk menikah.
Setelah itu, mereka kembali ke desa mereka untuk mencari pasangan hidup.
Bagian menariknya adalah bahwa mereka harus membayar mahar kepada keluarga calon istri dengan sapi-sapi yang telah mereka pelihara selama periode ini.
BACA JUGA:Sorotan Terbaru, Teror Gaib Menghantui Warga Sekitar Rumah Angker Jogja