BACA JUGA:Misteri Kabut dan Cinta di Kerajaan Bunian: Kisah Tak Tergoyahkan Pendaki Dika
Si Kintan pergi dengan perahu, dan sebelum berangkat, ayah Si Kintan berpesan, "Jika kamu berhasil menjual tongkat intan ini dan mendapat banyak uang, jangan lupa pada kami. Ingatlah bahwa ayah dan ibumu hidup dalam kemiskinan."
Si Kintan tiba di negeri baru dan mencoba mencari pembeli untuk tongkat intan tersebut.
Setelah beberapa percobaan yang tidak berhasil, seseorang menyarankan untuk mencoba toko terbesar di negeri itu.
Si Kintan mengikuti saran tersebut dan akhirnya berhasil menjual tongkat intan itu dengan harga yang sangat mahal.
BACA JUGA:Mengenal Fitur Prosesor Intel Core i5 Gen 10
Dengan uang yang didapat, Si Kintan memulai usaha dagang dan membuka toko sendiri.
Usahanya berkembang pesat dan ia menjadi orang kaya di negeri itu. Namun, dalam kekayaannya, ia lupa akan orang tuanya yang miskin.
Suatu malam, Si Kintan bermimpi. Ayah dan ibunya datang kepadanya dengan berkata, "Kamu sudah kaya, tapi mengapa kamu melupakan kami? Datanglah, kami menunggumu."
Setelah mimpi itu, Si Kintan menyadari keadaan orang tuanya yang masih hidup dalam kemiskinan.
Dia bercerita pada istrinya dan mereka memutuskan untuk mengunjungi orang tua Sikintan.
Dengan kapal yang dimilikinya, Si Kintan bersama istri dan rombongan berangkat menuju kampung orang tuanya.
Namun, ketika tiba di pelabuhan, Si Kintan merasa malu dan tidak mau mengakui bahwa orang tua itu adalah ayah dan ibunya.
Akibatnya, kedua orang tua tersebut pergi dengan hati yang pedih.
BACA JUGA:Legenda Asal Mula Desa Mata Pao, Kisah Tentang Kekayaan, Kesombongan dan Pengorbanan