Mengulik Keindahan Masjid Agung Banten, Warisan Sejarah Islam dan Akulturasi Budaya

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Masjid Agung Banten merupakan salah satu peninggalan sejarah penting yang mencerminkan kejayaan Kesultanan Banten sekaligus menjadi simbol akulturasi budaya.

Masjid ini dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1552 hingga 1570 Masehi.

Terletak di Desa Banten Lama, sekitar 10 kilometer dari Kota Serang, masjid ini tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga arsitektur yang unik.

Salah satu ciri khas dari Masjid Agung Banten adalah menaranya yang menyerupai bangunan mercusuar, dengan pengaruh arsitektur dari Tiongkok dan Eropa.

BACA JUGA:PT Pelni Buka Lowongan Kerja September 2024, Simak Persyaratan dan Cara Daftarnya

BACA JUGA:Triumph Luncurkan Speed T4, Bersaing dengan Yamaha Nmax Turbo Techmax Ultimate

Menara ini dibangun pada abad ke-16 sekitar tahun 1560 oleh arsitek Cina, Cek Ban Cut, yang kemudian diberi gelar Pangeran Wiradiguna oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

Renovasi lebih lanjut dilakukan oleh arsitek Belanda, Hendrick Lucasz Cardeel, pada tahun 1683.

Renovasi ini menambahkan unsur budaya Eropa, termasuk ornamen padma (bunga teratai) yang merupakan simbol agama Buddha pada puncak menara, menandakan adanya perpaduan budaya Tionghoa, Islam, dan Eropa.

Bangunan utama masjid memiliki atap bertingkat lima, menyerupai pagoda China, yang merupakan hasil karya arsitek Tionghoa, Tjek Ban Tjut.

Di sisi utara dan selatan masjid terdapat dua serambi yang menambah keindahan dan kekokohan bangunan.

BACA JUGA:Kawasaki Perkenalkan Prototipe Sepeda Motor Hidrogen

BACA JUGA:Penemuan Helm Perunggu Berusia 2.300 Tahun di Polandia, Ungkap Jejak Bangsa Celtic di Eropa Tengah

Selain itu, terdapat paviliun tambahan di sisi selatan, yaitu bangunan Tiyamah yang memiliki dua lantai dengan arsitektur Belanda kuno.

Sumber: