Sejarah Soto: Perpaduan Budaya Tionghoa dan Indonesia
Istimewa/internet--
Variasi ini membuktikan betapa kaya dan beragamnya kuliner soto di Indonesia, dengan sentuhan lokal yang berbeda-beda.
Menurut sejarawan Perancis, Denys Lombard, dalam bukunya Nusa Jawa Silang Budaya:
Jaringan Asia, soto memiliki asal-usul dari kuliner Tionghoa. Kata "soto" berasal dari bahasa Mandarin, yakni caudu atau jao to, yang merujuk pada masakan berkuah dengan jeroan dan berbagai rempah.
Soto pertama kali populer di Semarang pada abad ke-19, dan kemudian menyebar ke berbagai daerah.
Penelitian Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani dari Petra Christian University juga menguatkan asal-usul Tionghoa soto, dengan menyebut bahwa istilah soto berasal dari makanan Cina dalam dialek Hokkian, yang berarti jeroan dengan rempah-rempah.
BACA JUGA:Pesto, Bayi Penguin Terbesar di Melbourne Aquarium Viral! Tarik Perhatian Global
BACA JUGA:Penemuan Helm Perunggu Berusia 2.300 Tahun di Polandia, Ungkap Jejak Bangsa Celtic di Eropa Tengah
Soto pun menjadi hidangan hibrid, memadukan elemen Tionghoa dan Indonesia.
Selain pengaruh Tionghoa, soto juga dipengaruhi oleh India, terutama dalam penggunaan kunyit yang sering ditemukan dalam soto mirip dengan kari India.
Penggunaan kunyit ini memberikan warna kuning pada kuah soto, yang kini menjadi salah satu ciri khas masakan ini.
Dari dapur Tionghoa, soto menyebar ke masyarakat lokal, dan bahan-bahan yang digunakan pun semakin bervariasi.
Tak hanya menggunakan daging ayam atau sapi, soto juga dikenal dengan variasi unik seperti:
- Soto Bebek dari Tegal
- Soto Kelinci dari Lembang
- Soto Kerbau dari Kudus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: