Serangan Gajah Liar di Desa Tri Anggun Jaya Kian Mengkhawatirkan, Warga Hidup dalam Ketakutan

Gajah-gajah tersebut, menurutnya, seakan mengintai momen ketika warga lengah, sehingga membuat suasana semakin mencekam.

Konflik antara manusia dan gajah liar di desa tersebut bukanlah hal baru. Sejak kawasan HTI yang dulunya merupakan habitat gajah diubah menjadi tempat tinggal bagi warga transmigrasi pada tahun 1992, ketegangan ini mulai muncul.

Namun, sejak 2020, intensitas serangan gajah semakin meningkat. Pada tahun 2021, insiden ini bahkan mengakibatkan seorang warga kehilangan nyawanya.

BACA JUGA:KERAS! HDA Soroti Kemacetan Akibat Angkutan Batu Bara, Desak Penegakan Aturan

BACA JUGA:Pernikahan Tak Biasa di Muratara: Epan Padli Menikahi Dua Wanita Sekaligus

Pembangunan jalan lintas Mura-Pali diyakini sebagai salah satu penyebab utama meningkatnya serangan gajah.

Jalur perlintasan alami yang biasa dilalui kawanan gajah terputus oleh jalan baru tersebut, memaksa gajah-gajah mencari rute alternatif yang berujung di permukiman warga.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lahat, Yusmono, menjelaskan bahwa pembangunan jalan tersebut memang memutus jalur migrasi gajah, yang memperburuk konflik.

“Kami akan segera mengadakan pertemuan dengan masyarakat, pemerintah, dan pihak perusahaan untuk mencari solusi terbaik dalam menangani konflik ini,” katanya.

Meski demikian, hingga saat ini belum ada solusi konkret untuk mengatasi serangan gajah liar yang terus menghantui warga Desa Tri Anggun Jaya.

BKSDA terus melakukan pemantauan, namun ancaman dari kawanan gajah masih menjadi mimpi buruk bagi warga yang tinggal di kawasan HTI Muara Lakitan, Musi Rawas.

BACA JUGA:Cegah Gangguan Kamtib, Ka KPLP Lapas Empat Lawang Gelar Razia Rutin Kamar Blok Hunian

BACA JUGA:Forum Rajawali Indonesia Laporkan Dugaan Korupsi Kepala Dinas di Lubuklinggau ke Kejati Sumsel

Sumber: