Lansia Penakluk Gunung: Kisah Inspiratif Abdul Kadir Usman
Istimewa/internet--
Bisir menemui banyak pendaki berusia di atas 40 tahun dalam perjalanannya. Mereka sepakat bahwa kunci pendakian yang nyaman adalah latihan fisik secara rutin.
Kebiasaan ini membantu kapasitas kardiovaskuler lebih baik.
Selain itu, Bisir juga menekankan pentingnya memanfaatkan fasilitas yang tersedia seperti jasa porter atau ojek di beberapa gunung untuk mengurangi beban.
BACA JUGA:Kapolda Sumsel Melepas 82 Personel Polda Sumsel yang Memasuki Masa Pensiun
Bagi Bisir, pendakian gunung di usia saat ini adalah sebuah perayaan. Ia tidak ingin terburu-buru dan lebih memilih menikmati setiap momen pendakian.
Oleh karena itu, ia selalu membawa bekal yang memadai dan menghindari hanya membawa mi instan dan kopi sachet.
Waktu kemping dan menginap di tenda dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menikmati alam.
"Kalau saya penikmat aja, jadi kalau ke gunung itu saya kayak orang mau pesta. Pasti saya bawa daging rebus di atas sana kita bikin sop kambing dan sebagainya.
Kalau orang lain cuman semalam, kita kalau lelah dan pengen santai ya tambah lagi dua malam," ujar Bisir.
BACA JUGA:RESMI! Tiga Pj Bupati/Wali Kota di Sumsel Mundur dari Jabatan Karena Maju Pilkada
Kondisi fisik yang tidak seprima saat muda membuat Bisir sangat memperhatikan barang bawaan.
Ia menyarankan untuk membatasi berat barang yang dibawa dan jika memungkinkan, menyewa porter.
"Kalau saya misalnya ada fasilitas itu ya udah pakai aja, itung-itung ngasih pendapatan ke masyarakat sekitar.
Selain itu kalau sudah di usia-usia kayak saya memang harusnya pakai porter, cuman kalau saya biasanya jalan sama junior-junior saya, jadi biasanya saya bawa barang yang agak ringan saja sekitar 8-10 kilogram," kata dia.
Kisah Bisir adalah bukti bahwa usia bukanlah penghalang untuk terus aktif dan menikmati hobi mendaki gunung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: