Ritual Toyah: Tradisi Sakral Suku Bajo di Pulau Bungin

Ritual Toyah: Tradisi Sakral Suku Bajo di Pulau Bungin

Istimewa/internet--

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pulau Bungin, yang terkenal sebagai salah satu Pulau terpadat di dunia, tidak hanya menawarkan pemandangan yang menakjubkan dan kehidupan maritim yang kaya, tetapi juga keunikan budaya yang mendalam.

Salah satu tradisi yang masih lestari dan menjadi daya tarik wisata adalah Ritual Toyah, sebuah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Suku Bajo untuk memperkenalkan bayi yang baru lahir pada dunia bahari.

Ritual Toyah merupakan sebuah prosesi sakral yang bertujuan untuk menghubungkan bayi yang baru lahir dengan lingkungan laut, yang menjadi sumber kehidupan utama masyarakat Suku Bajo.

Upacara ini diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat memberikan kemampuan khusus kepada anak-anak, terutama dalam hal menyelam dan berburu hasil laut.

BACA JUGA:7 Fakta Unik Pulau Bungin, Pulau dengan Pemukiman Terpadat di Dunia yang Terletak di Indonesia

Hal ini sangat penting mengingat mayoritas penduduk Pulau Bungin bekerja sebagai nelayan atau memiliki usaha keramba ikan.

Dalam pelaksanaan Ritual Toyah, bayi yang baru lahir akan diperkenalkan ke laut melalui serangkaian upacara yang penuh simbolisme.

Orang tua bayi, biasanya didampingi oleh tetua adat, akan membawa bayi tersebut ke pantai atau di atas perahu.

Di sini, bayi akan dibasuh dengan air laut sebagai lambang penyatuan dengan alam dan harapan agar si bayi kelak menjadi bagian dari komunitas yang hidup berdampingan dengan laut.

BACA JUGA:6 Tanda Tersembunyi Orang yang Tidak Suka atau Membenci Kita Apasaja

Setelah itu, terdapat beberapa ritual tambahan seperti pemberian nama yang memiliki makna khusus atau doa yang dipanjatkan agar si bayi tumbuh sehat dan kuat, serta diberkati dengan keterampilan yang diperlukan untuk mencari nafkah dari laut.

Ritual Toyah tidak hanya sekadar tradisi turun-temurun, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Suku Bajo yang sangat erat dengan laut.

Laut dianggap sebagai bagian integral dari kehidupan mereka, bukan hanya sebagai sumber penghidupan, tetapi juga sebagai elemen yang harus dihormati dan dijaga.

Melalui ritual ini, Suku Bajo menanamkan nilai-nilai tersebut sejak dini kepada generasi penerus. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: