Kampung Dukuh: Memelihara Tradisi dan Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi, Menolak Listrik, Gas dan Internet

Kampung Dukuh: Memelihara Tradisi dan Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi, Menolak Listrik, Gas dan Internet

Kampung Dukuh: Memelihara Tradisi dan Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi, Menolak Listrik, Gas dan Internet-ist/net-

Kampung Dukuh: Memelihara Tradisi dan Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi, Menolak Listrik, Gas dan Internet

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Meskipun modernisasi telah menjadi pemandangan umum di banyak tempat, ada kampung-kampung di dunia ini yang masih menjaga tradisi dan cara hidup mereka dengan teguh. 

Salah satunya adalah Kampung Dukuh, sebuah kampung yang terletak di puncak gunung dengan 42 susunan rumah di Desa Ciroyom, Kecamatan Ciklet, Kabupaten Garut Selatan.

Kampung Dukuh mempertahankan adat-istiadat yang kaya dan hidup sehari-harinya dipenuhi dengan kesederhanaan.

BACA JUGA:Simak disini Tentang Puasa bagi Ibu Hamil Muda: Apakah Aman?

Di sini, rumah-rumah masih dibangun tanpa beratap genting, tidak menggunakan listrik, dan tidak ada alat-alat elektronik modern seperti televisi atau radio.

Masyarakatnya masih menjaga beberapa pantangan yang turun-temurun, seperti larangan perempuan dan laki-laki untuk berdekatan, serta larangan menggunakan alat elektronik dan pakaian dalam saat berziarah.

Salah satu tokoh penting dalam sejarah Kampung Dukuh adalah Abdul Jalil, seorang penyebar agama Islam yang menghabiskan sisa hidupnya di sana.

BACA JUGA:Pembangunan Tol Betung-Bayung Lencir Masih Tersendat

Makamnya menjadi destinasi wisata religi utama di Garut, yang dikunjungi oleh banyak orang untuk berziarah.

Salah satu hal unik di Kampung Dukuh adalah cara mereka memanggil warga untuk salat.

Tidak seperti azan yang menggunakan pengeras suara, di sini mereka menggunakan tabuhan beduk besar sebagai panggilan, dengan kode pukulan yang menandakan tahapan salat yang berbeda.

BACA JUGA:BI Sumsel Siapkan Uang Rp5,3 Triliun Untuk Ditukar

Bangunan di Kampung Dukuh, termasuk masjid dan balai adat, dibuat dari bambu dan atap alang-alang. Balai adat sering digunakan sebagai tempat mengaji bagi anak-anak setelah salat zuhur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: