Gerakan Islam Modernis di Minangkabau: Pergulatan Ideologi dan Pendidikan

Gerakan Islam Modernis di Minangkabau: Pergulatan Ideologi dan Pendidikan

Gerakan Islam Modernis di Minangkabau: Pergulatan Ideologi dan Pendidikan-ist/net-

Gerakan Islam Modernis di Minangkabau: Pergulatan Ideologi dan Pendidikan

RAKYATEMPATLAWANG,DISWAY.ID - Pada awal abad ke-20, perlawanan terhadap Belanda di Sumatera Barat menampilkan nuansa Islam yang kuat. Kaum Muda, atau gerakan Islam modernis, memainkan peran signifikan dalam dinamika tersebut.

Inspirasi utama Kaum Muda berasal dari modernis Islam di Kairo, seperti Muhammad Abduh, Syekh Muhammad Rasyid Ridha, dan Jamaluddin Al-Afghani.

Meskipun cenderung berpolitik, pengaruh Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi mendorong generasi pertama Kaum Muda untuk fokus pada dakwah dan pendidikan.

BACA JUGA:Pendudukan Jepang di Sumatera Barat: Kemitraan dan Transformasi Militer

Abdullah Ahmad mendirikan majalah Al-Munir (1911-1916), menjadi saluran penyebaran pemikiran Kaum Muda.

Pemikiran Kaum Muda menantang konsep agama tradisional, menolak taqlid buta, dan mendorong kebebasan berpikir.

Majalah ini memicu perdebatan sengit di Minangkabau, mempertaruhkan tradisi agama yang mapan.

BACA JUGA:Masa Politik Sumatera Barat pada 1930-an: Perkembangan Partai Politik dan Penumpasan

Pada tahun 1918, Sumatra Thawalib didirikan sebagai kelanjutan perguruan agama tradisional Surau Jembatan Besi.

H. Abdul Karim Amrullah dan Zainuddin Labai el-Yunusiah memimpin sekolah ini, dengan fokus pada pengetahuan umum. 

Sumatra Thawalib dan sekolah Diniyah, yang juga didirikan oleh Zainuddin Labai el-Yunusiah, memiliki hubungan erat.

BACA JUGA:Minangkabau dalam Hikayat Raja-raja Pasai

Gagasan radikal mulai berkembang di dua perguruan ini pada dasawarsa 1920-an, terutama terkait dengan komunisme. Djamaluddin Tamin dan H. Datuk Batuah menjadi tokoh utama dalam pergerakan komunis di Padang Panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: