Masa Politik Sumatera Barat pada 1930-an: Perkembangan Partai Politik dan Penumpasan
Masa Politik Sumatera Barat pada 1930-an: Perkembangan Partai Politik dan Penumpasan-ist/net-
Masa Politik Sumatera Barat pada 1930-an: Perkembangan Partai Politik dan Penumpasan
RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pada dekade 1930-an, Sumatera Barat menyaksikan merebaknya partai politik yang memainkan peran kunci dalam peta politik regional.
Meskipun komunisme meraih popularitas, kelompok agama tetap aktif. PGAI (Persatuan Guru Agama Islam) berdiri tahun 1920, mengumpulkan ulama-ulama Sumatera Barat.
Sekolah Normal Islam di Padang, didirikan tahun 1924 oleh H. Abdullah Ahmad, menjadi langkah maju dalam pendidikan agama.
BACA JUGA:Minangkabau dalam Hikayat Raja-raja Pasai
Pengaruh Muhammadiyah semakin meluas setelah kunjungan Haji Rasul ke Jawa pada 1925.
Muhammadiyah mendirikan cabang di Sungai Batang dan Padang Panjang, menentang Ordonansi Guru 1928 yang mengancam kebebasan agama.
Peran Muhammadiyah dalam penolakan terhadap ordonansi tersebut mencerminkan ketidakpuasan terhadap aturan yang mengikat guru agama.
BACA JUGA:Kerajaan-Kerajaan Minangkabau: Memahami Keragaman Budaya dan Perkembangan Politik di Minangkabau
Berbeda dengan kelompok komunis, Muhammadiyah cenderung menghindari kegiatan politik.
Setelah penumpasan gerakan komunis 1927, anggota Sarekat Rakyat bergabung dengan Muhammadiyah, beberapa di antaranya kemudian pindah ke Persatuan Sumatra Thawalib dan bertransformasi menjadi partai politik, Persatuan Muslim Indonesia (Permi).
Permi, dengan dasar Islam dan nasionalisme, tumbuh menjadi kekuatan politik terkemuka di Sumatera Barat dan wilayah sekitarnya.
BACA JUGA:Menggali Sejarah Grobogan, Dari Adipati Martopuro hingga Era Kemerdekaan
Tokoh-tokohnya seperti Rasuna Said, Iljas Jacub, Muchtar Lutfi, dan Djalaluddin Thaib memainkan peran penting dalam menegakkan paham Islam modernis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: