Drone Pembunuh Israel Akan Segera Diluncurkan, Menimbulkan Ketegangan Terhadap Keamanan Manusia

Drone Pembunuh Israel Akan Segera Diluncurkan, Menimbulkan Ketegangan Terhadap Keamanan Manusia

ILUSTRASI.--

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Negara, termasuk Israel, sedang mengembangkan senjata canggih berbasis kecerdasan buatan (AI), seperti drone otomatis pembunuh manusia, yang juga dikembangkan oleh Amerika Serikat (AS) dan China, menurut laporan The New York Times.

Kritik terhadap 'robot pembunuh' mencerminkan keprihatinan terhadap pengembangan AI tanpa campur tangan manusia. 

Beberapa negara, termasuk AS, Israel, Rusia, dan Australia, menentang larangan pengembangan teknologi AI untuk kepentingan militer.

BACA JUGA:Kisah Kontroversial, Pemilik KPR yang Lunas Cicilan, Tetapi Tak Miliki Sertifikat Hak Milik (SHM)

Alexander Kmentt, ketua negosiator Austria, menyatakan bahwa isu ini memiliki dampak signifikan terhadap masa depan kemanusiaan, dengan potensi perubahan fundamental dan konsekuensi hukum serta etika.

Pentagon dilaporkan sedang menyiapkan ribuan drone AI untuk kebutuhan militer, seperti yang dilansir dari Business Insider. 

Wakil Menteri Pertahanan AS, Kathleen Hicks, percaya teknologi drone berbasis AI akan memberikan keunggulan militer AS dalam konfrontasi dengan China.

BACA JUGA:Kemenkes Kirim 60 Ribu Telur Nyamuk Ber-Wolbachia ke Kota Bandung Untuk Tekan Kasus DBD

Sementara itu, dalam konteks konflik di Timur Tengah, Israel menunda gencatan senjata yang sudah disepakati, dengan pembebasan sandera oleh Hamas ditunda.

Alasan penundaan belum jelas, tetapi tampaknya terkait dengan persyaratan yang belum terpenuhi, termasuk penandatanganan perjanjian oleh Hamas dan mediator Qatar.

Diperkirakan 240 sandera ditahan oleh Hamas, dengan kesepakatan mencakup pembebasan 150 perempuan dan anak-anak Palestina serta izin masuk lebih banyak bantuan kemanusiaan. 

BACA JUGA:Lima Negara Mayoritas Muslim dengan Kekuatan Militer Unggul Menurut Global Fire Power

"Untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan, akan ada satu hari 'jeda' tambahan dalam pertempuran," kata sebuah dokumen pemerintah Israel dikutif dari CNBC Indonesia. (Pad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: