Tradisi Menugal Membuka Keberlanjutan Budaya Kearifan Lokal

Tradisi Menugal Membuka Keberlanjutan Budaya Kearifan Lokal

Istimewa/internet --

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Nugal atau menugal, sebuah tradisi turun-temurun di beberapa desa Kabupaten Empat Lawang, menjadi cerminan kearifan lokal dalam cocok ditanam.

Dilakukan sebelum musim penghujan, nugal adalah masyarakat gotong-royong untuk menanam padi di darat, tanpa perlu perairan, hanya mengandalkan hujan.

Petani seperti Efendi (32), dari Desa Sugiwas, Kecamatan Tebing Tinggi, menjelaskan bahwa nugal telah menjadi bagian dari budaya nenek moyang.

Proses menanam padi melibatkan lubang kecil yang dibuat dengan batang kayu runcing untuk menancapkan benih padi.

BACA JUGA:Usai Habisi Korban di Tepian Mandi, Yansen Menyerahkan Diri ke Polisi

Efendi menjelaskan, “Menanam padi dengan cara nugal merupakan tradisi nenek moyang kita untuk menjaga dan melestarikan kearifan lokal di tengah kemajuan zaman yang semakin modern.

Benih padi yang digunakan berasal dari hasil panen tahun sebelumnya.”

Proses nugal melibatkan peran gender, di mana para pria membuat lubang, sementara ibu-ibu menaburkan benih padi ke dalam lubang-lubang nugal.

Tradisi ini juga mengawali penanaman kelapa sawit untuk dijadikan kebun.

BACA JUGA:Lagi! Pemprov Sumatera Selatan Perpanjang TMC

Tantangan terkini bagi para petani adalah pembukaan lahan.

Meski dilarang membakar lahan, pemerintah belum memberikan solusi konkrit.

Efendi mengungkapkan, "Kendala utama saat ini adalah membuka lahan tanpa pembakaran, sehingga kami melakukannya perlahan-lahan untuk mengurangi secepatnya.

Namun, rumput tumbuh subur seiring dengan upaya membersihkan lahan."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: