Antroposen, Era di Mana Manusia Membentuk Nasib Ekosistem Bumi

Antroposen, Era di Mana Manusia Membentuk Nasib Ekosistem Bumi

Antroposen, Era di Mana Manusia Membentuk Nasib Ekosistem Bumi.--

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Professor Agronomi dan Agroekologi dari Dalhousie University, Derek Lynch, mengungkapkan bahwa manusia telah memasuki era Antroposen, di mana peran manusia sebagai kekuatan dominan telah mengubah semua ekosistem di Bumi melalui aktivitas dan pengaruh luar biasa.

Redistribusi spesies, hilangnya habitat, perubahan iklim, ekstraksi berlebihan, polusi, dan perubahan lainnya telah menyebabkan ekosistem bergerak menuju titik kritis kehancuran.

Selama pandemi Covid-19, manusia menjadi reservoir dan sumber infeksi bagi hewan peliharaan dan hewan liar, menyoroti keterkaitan nasib manusia dan makhluk hidup lainnya.

BACA JUGA:Sungai Jakarta, Memahami Sejarah dan Misteri Sungai yang Menyelusuri Ibukota Indonesia

Akibat Antroposen, keanekaragaman hayati global mengalami krisis, dengan tingkat kepunahan spesies yang jauh melebihi periode sebelum hadirnya manusia.

Proyek Half-Earth mengusulkan melestarikan 50 persen habitat Bumi untuk menjaga 85 persen spesies, tetapi perlu berhati-hati agar upaya ini tidak merampas tanah masyarakat adat.

Meskipun peningkatan luas kawasan lindung telah mencapai 17 persen daratan dan 10 persen lautan pada tahun 2020, efektivitas pengelolaannya dalam menjaga keanekaragaman hayati masih harus dinilai.

BACA JUGA:Misteri Gunung Dubs Kisah Seram di Dataran Tinggi Balikpapan

Namun, penting untuk menyadari bahwa keanekaragaman hayati dapat didukung di berbagai lingkungan, termasuk perkotaan dan pertanian.

Lynch menekankan perlunya mengubah pandangan manusia tentang hubungan dengan alam, menganggap alam sebagai bagian dari komunitas manusia.

Ini merupakan pandangan yang telah dianut oleh masyarakat adat dalam pengelolaan lahan mereka.

Gagasan bahwa manusia berbeda dari makhluk non-manusia dianggap sebagai pendorong krisis lingkungan saat ini, dan Lynch mendorong untuk mempromosikan pemahaman yang lebih dalam tentang keanekaragaman hayati dan komunitas sebagai sejarah panjang bersama manusia dan non-manusia.

BACA JUGA:Banyak yang Nggak Tahu, Ini 5 Misteri Tangkuban Perahu! Ada Apa Aja?

Pendekatan yang menghormati hubungan manusia dengan alam sebagaimana yang dianut oleh masyarakat adat perlu menjadi dasar dalam mengatasi krisis lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. (Pad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: