Legenda Ampaha, Cerita Rakyat Kepulauan Talaud

Legenda Ampaha, Cerita Rakyat Kepulauan Talaud--
BACA JUGA:Kisah Nini Kudampai, Angui, dan Gunung Batu Hapu | Cerita Rakyat Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan
Namun, para penduduk Talaud tidak memiliki pilihan selain melarikan diri dan mencari tempat persembunyian.
Salah satu tempat perlindungan adalah Watuhalawo, yang merupakan sebuah batu besar berbentuk atap rumah di bawahnya mengalir sungai Ampaha yang menembus tanah dan batu raksasa.
Leluahur Mangaran telah merencanakan pertahanan mereka dengan cerdik.
Mereka bersiap dengan senjata khusus, seperti alait dan bara’a, yang digunakan dengan taktik khusus.
Ketika pasukan Balangingi tiba di dekat terowongan Watuhalawo, pimpinan mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, tetapi mereka terkejut ketika mendapati diri mereka terjebak di jalur sempit dengan jurang di kedua sisi.
Pimpinan suku Balangingi memberikan komando untuk menyerang, tetapi segera setelah itu, alait dilepaskan dan menghantam mereka.
Pasukan Balangingi berhamburan dalam kepanikan, dan tiga di antara mereka termasuk hulubalang Maumbang, sang pimpinan, terkena alait.
Upaya mereka untuk mencabut alait dari tubuhnya sia-sia, karena senjata tersebut sulit dicabut.
BACA JUGA:Kisah Naga Sungai Kandangan: Sebuah Legenda dari Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan
Akibatnya, pasukan Balangingi terpaksa melarikan diri dan tidak pernah lagi datang ke Mangaran.
Keampuhan senjata Mangaran adalah karena sangga pada alait yang dapat mengait daging dan kulit lawan, sehingga sulit dicabut.
Sayangnya, tulang-tulang para bajak laut yang menjadi korban tidak pernah diamankan oleh leluhur Mangaran, yang hanya meninggalkan bambu runcing sebagai bukti peristiwa itu.
Bambu runcing ini terus tumbuh dan memiliki keunikan, yakni selalu tumbuh sebatang dan tidak pernah menjadi besar, mencerminkan legenda Ampaha yang tak pernah pudar dalam sejarah Mangaran. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: