Rumah Bulat: Jejak Sejarah Perjuangan dan Kebangsaan di Marabahan, Kalimantan Selatan

BACA JUGA:Rahasia 5 Makam Kuno Terungkap di Situs Gunung Padang, Baru Dua Terbaca, Ada Cahaya Dibalek Misteri

Rumah Bulat juga menjadi pusat kegiatan Perguruan Hizbul Wathan (PHIS) yang didirikan pada tahun 1929 oleh pemuda Marabahan yang dikelola oleh Sarekat Islam. 

Pada awalnya, PHIS dikendalikan oleh Marjono, seorang pegawai Borneo Post, namun kemudian diambil alih oleh guru-guru dari Sarikat Buruh di Surabaya, seperti Sutomo dan Sunaryo. 

Rumah Bulat menjadi tempat penting untuk semangat kebangsaan dan kepanduan yang dikenal sebagai Borneo Padvinder Organisatie (BPO).

Namun, kegiatan PHIS mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Hindia Belanda, dan Rumah Bulat digrebek oleh Belanda. 

BACA JUGA:Misteri Kampung Pahajatan di Kalimantan Selatan: Tempat Bertawassul dan Permohonan Hajat

Marjono dan Sunaryo ditahan dan dibuang ke Boven Digul (Irian Barat).

Pada tahun 1931, Perguruan Taman Siswa cabang Marabahan didirikan di Rumah Bulat dengan bantuan dari Ki Hajar Dewantara. 

Perguruan ini menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak usia 10-13 tahun, serta orang dewasa pada sore hari.

Selama tahun 1942, Rumah Bulat dikuasai oleh tentara Jepang, tetapi tidak lama setelah itu, Marabahan kembali dikuasai oleh NICA setelah Jepang dikalahkan oleh Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Bireuen: Legenda Paya Nie, Ketika Tanah Kering Berubah Menjadi Rawabendungan

Sebelum NICA datang, Rumah Bulat juga ditempati oleh para pemuda Marabahan yang tergabung dalam Pemuda Persatuan Rakyat Indonesia (PPRI), yang memainkan peran penting dalam mengusir penjajah Belanda dari Marabahan.

Rumah Bulat adalah saksi bisu dari sejarah perjuangan dan semangat kebangsaan yang membara di Marabahan, Kalimantan Selatan, dan telah menjadi tempat penting dalam perkembangan organisasi kepemudaan dan pendidikan di wilayah ini. (*)

Sumber: