RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Aceh, tanah rencong yang dikenal sebagai Serambi Mekkah, tak hanya kaya akan sejarah perjuangan dan budaya Islami, tetapi juga memiliki warisan sastra yang sarat makna.
Mulai dari kata-kata perumpamaan hingga teka-teki (dalam Bahasa Aceh dikenal sebagai hiem), karya sastra ini menjadi cermin kebijaksanaan dan kearifan lokal masyarakat Aceh.
Namun, warisan ini perlahan mulai tergerus oleh modernisasi.
Perumpamaan Aceh: Kearifan dalam Kalimat Puitis
BACA JUGA:Menjadi Bagian dari Cerita Rakyat: Kisah Suku Mante di Aceh
BACA JUGA:Keberadaan yang Kontroversial: Misteri Suku Mante di Aceh
Kata-kata perumpamaan dalam Bahasa Aceh mencerminkan filosofi hidup yang dalam. Beberapa contohnya adalah:
1. "Keon salah cangguk digrob lam kubang, keon salah rangkang bubong katireh"
Ungkapan ini menggambarkan konsekuensi dari kesalahan kecil yang bisa membawa dampak besar.
2. "Méunyô hana sië kamèng, uleè kareèng pih mumada"
BACA JUGA:Asal Usul Kehidupan Terisolasi Suku Mante di Hutan Aceh
BACA JUGA:Asal Usul yang Tidak Jelas: Misteri Suku Mante dari Aceh
Artinya, ketika seseorang tidak memahami inti masalah, mereka tetap akan membuat kesalahan.
3. "Rajab peu gleh tuboh, sya'ban troh ta peu gleh hate, ramadhan ta peu gleh nyaweng"
Perumpamaan ini mengingatkan pentingnya mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun batin, dalam menyambut bulan suci.