RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, kisah tentang pembuatan terasi di Cirebon berawal dari seorang tokoh bernama Ki Danusela dan istrinya, Nyi Arumsari.
Mereka adalah orang pertama yang membuat terasi, sebuah bumbu masakan yang terkenal di masa itu.
Terasi terbuat dari olahan rebon (udang kecil), tumbukan nasi, garam, dan bahan-bahan lain yang dirahasiakan oleh Ki Danusela dan Nyi Arumsari.
Selain terasi, Ki Danusela dan Nyi Arumsari juga menciptakan petis, produk lain yang sangat penting di Cirebon.
BACA JUGA:Makam Kuno Madura: Cikal Bakal Kerajaan Sampang
BACA JUGA:Sejarah Pertempuran di Singosari: Peran Bendera Merah Putih
Pada masa itu, Cirebon juga dikenal sebagai penghasil garam unggulan di Tanah Sunda.
Keahlian dalam pembuatan terasi dan petis kemudian diwariskan kepada menantu dan anak mereka, yaitu Pangeran Walangsungsang dan Kencana Larang.
Setiap tahunnya, Cirebon mengirimkan upeti berupa terasi, petis, dan garam kepada kerajaan atasannya, termasuk kepada Rajagaluh, yang pada waktu itu menjadi pusat administrasi Kerajaan Pajajaran di wilayah Pantai Utara bagian Timur.
Ada sebuah cerita menarik mengenai asal-usul kata "terasi". Konon, kata ini berasal dari kata "asih" yang berarti disukai raja.
BACA JUGA:Matinya Sang Playboy Zaman KerajaanPajang
BACA JUGA:Menyusuri Wisata Vulkanik: Sensasi Petualangan di Dekat Gunung Berapi Aktif, Berani Coba?
Pada masa itu, perbedaan antara makanan bangsawan atau raja dengan rakyat jelata terletak pada ada atau tidak adanya terasi dalam campuran makanannya.
Harga terasi pada masa itu sangat mahal, sehingga hanya kaum bangsawan yang bisa menikmatinya.
Dalam sebuah cerita lain, disebutkan bahwa ketika Cakra Ningrat, raja dari Kerajaan Rajagaluh, sedang menyantap makanan di meja makannya, ia tiba-tiba merasa bahwa makanan yang dihidangkan sangat tidak enak.