Mereka mengizinkan Aji Saka masuk ke istana, di mana ia mendapati Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena tidak ada persembahan manusia untuk dimakan.
Aji Saka menghadap Prabu dan menawarkan dirinya sebagai santapan.
Prabu senang dan segera memerintahkan Patih Jugul untuk menangkap dan memotong-motong tubuh Aji Saka.
BACA JUGA:Misteri dan Mitos Candi Muaro Jambi, Kisah Cinta dan Legenda Raja
Namun, sebelum ditangkap, Aji Saka meminta sebidang tanah seluas serbannya sebagai imbalan.
Prabu Dewata Cengkar setuju dan mengulur serban Aji Saka yang terus memanjang dan meluas hingga meliputi seluruh wilayah Kerajaan Medang Kamukan.
Akhirnya, sang Prabu terjebak di pantai Laut Selatan.
Aji Saka menyentakkan serbannya, membuat Prabu terjungkal dan berubah menjadi buaya putih.
BACA JUGA:Fenomena Zona del Silencio: Tempat Terlarang atau Keajaiban Alam?
Dengan kepergian sang Prabu, rakyat Medang Kamukan kembali dari pengungsian.
Aji Saka dinobatkan menjadi Raja Medang Kamukan dengan gelar Prabu Anom Aji Saka.
Ia memimpin dengan arif dan bijaksana, sehingga rakyatnya hidup tenang, aman, makmur, dan sentosa.
Pada suatu hari, Aji Saka memerintahkan Dora untuk mengambil kerisnya dari Sembada di Pegunungan Kendeng.
BACA JUGA:Legenda Inyiak Balang: Penunggu Hutan Belantara Minangkabau
Namun, Sembada menolak karena ia hanya akan menyerahkan keris kepada Aji Saka sendiri.
Pertarungan sengit terjadi antara Dora dan Sembada, yang berakhir dengan kematian keduanya.