Pacaran, Pernikahan, dan Upacara Pernikahan yang Rumit
Di pedesaan, pernikahan sering diatur oleh ayah dari kedua mempelai.
Perempuan memainkan peran kunci dalam memperkenalkan pasangan, dan perundingan dilakukan sebelum pernikahan diresmikan.
Di kota-kota besar, pendekatan ini dapat sedikit berbeda, di mana pria dan wanita muda dapat diperkenalkan oleh keluarga dan kemudian memiliki waktu untuk saling mengenal.
Pacaran di Palestina memiliki nuansa tradisional, tetapi dengan modernisasi, beberapa pasangan kelas menengah dan atas memilih pasangan sendiri berdasarkan cinta, mencerminkan perubahan dalam dinamika sosial.
BACA JUGA:Misteri Leak, Menyelusuri Jejak Mitos Legendaris dari Pulau Bali yang Mencuri Perhatian Global
Upacara pernikahan Palestina, yang biasanya berlangsung selama tiga hari, menjadi perayaan besar yang melibatkan seluruh komunitas.
Karena kondisi ekonomi yang sulit, pasangan yang baru menikah sering tinggal bersama keluarga mempelai pria, memberikan kesempatan bagi perempuan Palestina untuk bekerja di luar rumah tanpa mengorbankan tanggung jawab penuh terhadap pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak.
Pemakaman dan Periode Berkabung
Pemakaman di Palestina merupakan momen yang menyatukan keluarga dan kerabat dekat.
BACA JUGA:Kisah Seram Petrik Mantan Asisten Tukul Saat Syuting Film 'Pocong Tetangga Sebelah'
Tradisi berkabung berlangsung selama setidaknya empat puluh hari, dengan wanita mengenakan pakaian hitam dan pria mengenakan dasi hitam.
Beberapa janda atau ibu mungkin memakai pakaian hitam selama satu hingga tiga tahun.
Baik Muslim maupun Kristen Palestina turut mengamalkan tradisi ini, menciptakan ikatan yang kuat di antara mereka.
Pahitnya kopi tanpa pemanis menjadi simbol kesedihan yang diungkapkan bersama, sementara cerita kehidupan dan kualitas almarhum menjadi bagian tak terpisahkan dari proses berkabung.