Mereka merantau ke Nusa Tenggara Timur, pindah dari desa ke desa, dan akhirnya memilih Wae Rebo sebagai tempat tinggal berdasarkan mimpi.
Mereka memutuskan tinggal di sana karena tanahnya subur dan cocok untuk bercocok tanam, yang penting untuk ketahanan pangan.
Selain itu, Wae Rebo memiliki populasi yang lebih sedikit, menjaga aspek kesehatan penduduk.
BACA JUGA:Sungai Jakarta, Memahami Sejarah dan Misteri Sungai yang Menyelusuri Ibukota Indonesia
Saat ini, generasi ke-20 dari keturunan tersebut masih mempertahankan tradisi, budaya, keyakinan, dan arsitektur bangunan mereka dengan teguh.
Rumah Adat Wae Rebo: Mbaru Niang
Ikon utama Wae Rebo adalah rumah adat Mbaru Niang yang berbentuk kerucut.
Hanya ada tujuh rumah Mbaru Niang dari dulu hingga sekarang.
Rumah tradisional ini terbuat dari kayu dengan atap ilalang yang dianyam.
BACA JUGA:Antroposen, Era di Mana Manusia Membentuk Nasib Ekosistem Bumi
Rumah ini mencerminkan keselarasan manusia dengan alam.
Mbaru Niang memiliki lima lantai, masing-masing dengan fungsi yang berbeda:
- Lutur, lantai dasar tempat keluarga tinggal dan berkumpul, termasuk untuk memasak, makan, bersosialisasi, dan tidur.
- Loteng, tempat penyimpanan bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari, terbuat dari bambu.
- Lentar, tempat penyimpanan bibit tanaman pangan seperti jagung, padi, dan kacang-kacangan.
BACA JUGA:Misteri Gunung Dubs Kisah Seram di Dataran Tinggi Balikpapan