Arkeolog Terguncang, Fosil Manusia Homo Sapiens Ditemukan di Indramayu
RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Penemuan fosil manusia Homo sapiens selalu menjadi peristiwa penting dalam dunia arkeologi, karena mereka memberikan wawasan yang berharga tentang sejarah manusia dan perkembangan spesies kita.
Baru-baru ini, sebuah penemuan yang mengguncangkan komunitas arkeologi terjadi di Indramayu, Indonesia.
Fosil manusia Homo sapiens yang langka ditemukan di situs arkeologi yang mengejutkan ini, memperkaya pemahaman kita tentang perjalanan evolusi manusia di wilayah ini.
BACA JUGA:Kajian Baru Terhadap Gunung Padang, Apakah Ada Bukti Kaitan dengan Atlantis yang Hilang?
Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi penemuan ini secara lebih mendalam, mencakup konteks sejarah, metode penelitian, dan implikasi signifikan dari penemuan tersebut.
Penemuan ini tidak hanya mengguncang arkeologi, tetapi juga menghadirkan pertanyaan penting tentang asal-usul manusia modern dan peran wilayah Asia Tenggara dalam perkembangan sejarah manusia.
Ketika perhatian dunia terfokus pada penemuan Situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, sebuah penemuan yang tak kalah mengejutkan terjadi di Indramayu.
BACA JUGA:Misteri Gunung Padang, Pakar di Badan Geologi Pecahkan Misteri Situs Kuno
Sebuah kerangka manusia yang telah membatu, atau dalam istilah arkeologi, disebut sebagai fosil, ditemukan oleh warga setempat saat mereka mencangkul sawah untuk menanami umbi-umbian.
Proses fosilisasi adalah proses yang memerlukan waktu yang sangat lama. Fosilisasi terjadi ketika kerangka makhluk hidup tertimbun dalam sedimen tanah yang memiliki sedikit oksigen dan tidak ada bakteri pengurai.
Akibatnya, sisa-sisa kerangka tersebut mengeras dan berubah menjadi batu. Proses ini memakan waktu minimal puluhan ribu tahun.
BACA JUGA:Pemerintah Indonesia Mendesak Penghentian Perang Hamas-Israel
Kerangka manusia yang ditemukan di Indramayu ini telah mengalami fosilisasi. Penemuan ini terjadi di tanah sawah Desa Sukahurip, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu.
Fosil manusia ini diduga berasal dari jenis Homo sapiens, dan menurut penemu, Asep Syaefullah, kerangka ini adalah seorang remaja yang meninggal pada usia 14 tahun.