Bersama-sama, Ratih dan Banyu melakukan ritual itu.
Mereka membakar kemenyan dan menyusun bunga-bunga sebagai persembahan kepada arwah Bayu.
Di tengah-tengah keheningan malam, Ratih memanjatkan doa tulusnya, memohon agar Bayu diberikan petunjuk untuk kembali ke pelukan ibunya.
BACA JUGA:Legenda Sang Raksasa di Bukit Barisan
Tak lama kemudian, terdengarlah suara samar-samar dari arah sungai.
Seperti kutukan yang dijawab, ada cahaya kecil yang muncul di atas permukaan air.
Cahaya itu semakin lama semakin terang, dan akhirnya, tampaklah sosok Bayu yang tersenyum cerah.
BACA JUGA:Legenda Sang Raksasa di Bukit Barisan
"Ibu!" serunya sambil berlari mendekati Ratih. Air mata bahagia mengalir deras dari mata Ratih. Ia memeluk Bayu erat-erat, merasakan kembali kehangatan tubuh putranya yang telah lama ia rindukan.
Banyu tersenyum bahagia melihat pertemuan mereka. Ia tahu bahwa tugasnya sebagai Penunggu Sungai Musi telah selesai, dan ia bisa kembali ke dunianya yang gaib.
"Terima kasih, Banyu. Aku takkan pernah melupakan bantuanmu. Kau adalah Penunggu Sungai Musi yang baik hati," ucap Ratih dengan tulus.
Banyu mengangguk, lalu lenyap seperti cahaya yang melayang ke udara. Ia kembali menjadi roh penunggu sungai yang tak kasat mata, tetapi kebaikannya akan selalu dikenang oleh Ratih dan seluruh masyarakat Palembang.
Sejak kejadian itu, cerita tentang Penunggu Sungai Musi yang baik hati menyebar dengan cepat di kalangan masyarakat.
BACA JUGA:5 Keunikan Situs Batujaya di Jawa Barat: Menggali Sejarah Peninggalan Megalitikum yang Menakjubkan
Mereka menjadi percaya bahwa ada makhluk halus yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga bisa membantu dalam kesulitan.