EMPAT LAWANG, RAKYATEMPATLAWANG.COM - Kecamatan Tebing Tinggi atau Kota Tebing Tinggi yang saat ini menjadi Ibu Kota Kabupaten Empat Lawang ternyata terdapat pembangunan sejarah dimana sampai dengan saat ini masih tetap aktif dan dipergunakan baik itu oleh unsur Pemerintahan maupun Badan Usaha Milik Pemerintah.
Pembangunan bersejarah tersebut diantara Rumah Dinas (Rumdin) Bupati Empat Lawang, Rumah Tahanan (Rutan) yang saat ini menjadi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Empat Lawang Kelas IIB dan Terowongan Kereta Api Tebing Tinggi.
Ketiga bangunan bersejarah tersebut ternyata dibangun di era Hindia Belanda tahun 1929 sampai dengan 1930, meksipun memang ketiga pembangunan tersebut sudah banyak perubahan dikarenakan direhab maupun diperbaiki.
Tentu saja diera Hindia Belanda Kecamatan Tebing Tinggi memegang peran penting sebagai wilayah administratif (onderafdeeling) dan lalu lintas ekonomi karena letaknya yang strategis.
Bahkan Tebing Tinggi pernah diusulkan menjadi ibu kota keresidenan pada saat belanda berencana membentuk keresidenan Sumatera Selatan (Zuid Sumatera) sekitar tahun 1870-an yang meliputi Lampung, Jambi serta Palembang.
Sebab Tebing Tinggi dinilai strategis untuk menghalau ancaman pemberontakan daerah sekitarnya, seperti Pagar Alam, Pasemah dan daerah perbatasan dengan Bengkulu. Rencana itu batal karena Belanda hanya membentuk satu keresidenan, yaitu Sumatera.
Pada masa penjajahan penjajahan Jepang sekitar tahun 1942-1945, Onderafdeeling Tebing Tinggi berganti nama menjadi wilayah kewedanaan dan akhirnya, pada masa kemerdekaan Tebing Tinggi menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Lahat.
Fahlepi salah satu warga Tanjung Beringin mengakui jika Kecamatan Tebing Tinggi merupakan kecamatan tua sehingga wajar jika memiliki pembangunan bersejarah.
"Orang tua dulu menyebutnya Benteng Rumah Dinas Bupati Empat Lawang saat ini, karena jika di lihat secara sesama terlihat sangat jelas kondisi bentangan sungai Musi jika berdiri di halaman Rumah Dinas Bupati Empat Lawang," ungkap Lefi. (sm)