Obat Diabetes Jadi Harapan Baru Pengobatan Kanker Paru-paru, Penemuan Ini Mengejutkan Dunia Medis!

Obat Diabetes Jadi Harapan Baru Pengobatan Kanker Paru-paru, Penemuan Ini Mengejutkan Dunia Medis!

Obat Diabetes Jadi Harapan Baru Pengobatan Kanker Paru-paru, Penemuan Ini Mengejutkan Dunia Medis!-ist-

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pengobatan kanker paru-paru, khususnya jenis non-small cell lung cancer (NSCLC), terus menghadapi tantangan besar.

Meski kemajuan teknologi medis, banyak pasien tetap mengalami kekambuhan akibat sel kanker yang kebal terhadap kemoterapi.

Namun, penelitian terbaru memberikan secercah harapan baru bagi pasien kanker paru-paru di seluruh dunia.

Menurut Dr. Jussuf Kaifi, seorang ahli bedah toraks dari University of Missouri Health Care, tim peneliti berhasil menemukan cara menjanjikan untuk meningkatkan efektivitas kemoterapi dengan menargetkan sel kanker yang resisten terhadap obat.

BACA JUGA:Jangan Pernah Lupa Lakukan Ini Setibanya di Hotel, Bisa Cegah Gigitan Kutu Kasur Loh!

BACA JUGA:Mengapa Burung Robin Merah Mendominasi Taman di Inggris?

Penelitian ini menganalisis 10 tumor NSCLC, di mana separuhnya menunjukkan resistensi terhadap pengobatan standar.

Resistensi ini disebabkan oleh tingginya kadar enzim AKR1B10 dalam tumor tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti mencoba menggunakan epalrestat, obat yang biasanya digunakan untuk mengobati neuropati diabetik.

Hasilnya sangat menjanjikan. Tumor yang sebelumnya kebal terhadap kemoterapi menunjukkan peningkatan respons yang signifikan setelah diberikan epalrestat.

BACA JUGA:11 Bau Alami yang Bikin Nyamuk Pergi Menjauh, Dijamin Bebas Gigitan!

BACA JUGA:Sarden dalam Kaleng, Makanan Murah yang Bisa Lawan Radang dan Bikin Tubuh Lebih Sehat!

Obat ini, yang sudah digunakan secara luas di berbagai negara, menunjukkan toleransi baik pada pasien dan kini sedang dalam tahap uji klinis lanjutan untuk persetujuan FDA di Amerika Serikat.

Dr. Kaifi menekankan pentingnya memanfaatkan obat yang sudah ada untuk keperluan baru sebagai alternatif yang lebih cepat dan hemat biaya dibandingkan mengembangkan obat baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: