Kisah Kebangkitan Daha Sebagai Ibukota Setelah Runtuhnya Majapahit

Kisah Kebangkitan Daha Sebagai Ibukota  Setelah Runtuhnya Majapahit

Istimewa/internet--

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pada masa keemasan Majapahit, kerajaan ini dikenal sebagai salah satu kekuatan dominan di Nusantara.

Pengaruh meluas hingga berbagai pelosok wilayah, membentuk sebuah kekaisaran yang dikenal dengan kejayaannya.

.Namun, seperti halnya banyak kerajaan besar lainnya, Majapahit pun tidak luput dari masa kejatuhan.

Pada tahun 1478, kerajaan ini mengalami keruntuhan, yang membuka babak baru dalam sejarah politik Jawa.

BACA JUGA:Respon Cepat Kemenkumham Sumsel Terkait Meninggalnya Narapidana di Lapas Merah Mata

BACA JUGA:Operasi Patuh Musi 2024 Berakhir, Total 362 Teguran Diberikan, Pengendara Tidak Menggunakan Helem Mendominasi

Setelah runtuhnya Majapahit, muncul sebuah kekuatan baru yang mengusung nama Daha sebagai ibu kota kerajaan yang baru.

Dyah Ranawijaya, yang juga dikenal dengan gelar Sri Wilwatiktapura-Janggala-Kadiri Prabhu Natha, mengambil alih kekuasaan dan berupaya mempertahankan sisa-sisa kejayaan Majapahit.

Ia memerintah dari Keling, yang pada masa itu menjadi pusat pemerintahan baru menggantikan Majapahit.

Gelar yang disandangnya, seperti yang tercantum dalam prasasti Jiyu, menegaskan kedudukannya sebagai penguasa yang sah.

BACA JUGA:Begal Beraksi di Empat Lawang, Pegawai Disdukcapil Jadi Korbannya!

BACA JUGA:SnapTik, Cara Download Video TikTok Tanpa Watermark Cukup Copy-Paste

Namun, Keling tidak bertahan lama sebagai ibu kota. Di masa pemerintahan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, terjadi perpindahan ibu kota dari Keling ke Daha.

Meskipun tidak ada catatan sejarah yang mencatat secara pasti kapan perpindahan ini terjadi, bukti dari sumber sejarah Portugis karya Tomé Pires memberikan petunjuk berharga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: