Ancaman Deepfake Terhadap Integritas Pemilu 2024, Banjir Video dan Foto Palsu Ancam Pemilu 2024
Istimewa/internet --
RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Seiring perkembangan teknologi, ancaman terhadap integritas pemilihan umum semakin meruncing dengan munculnya deepfake.
Fenomena ini, yang melibatkan pembuatan video dan foto palsu dengan teknologi kecerdasan buatan, menimbulkan keprihatinan khususnya menjelang Pemilu 2024.
Banjirnya konten palsu yang sulit dibedakan dari aslinya menjadi tantangan serius, mengingat potensi dampaknya terhadap proses demokratis dan kepercayaan masyarakat.
Artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang ancaman deepfake terhadap integritas pemilihan umum dan upaya yang dapat diambil untuk mengatasi risiko ini.
BACA JUGA:Profil Jenderal Agus Subiyanto: Panglima TNI Baru
Video dan foto deepfake menjadi ancaman serius bagi integritas Pemilu 2024, terutama dengan maraknya penyebaran konten palsu yang melibatkan tokoh-tokoh politik seperti Hillary Clinton dan Joe Biden.
Fenomena ini dipicu oleh penggunaan algoritma kecerdasan buatan (AI) yang semakin masif, seperti yang diimplementasikan dalam platform Midjourney.
Alat "AI generatif" baru ini memungkinkan pembuatan foto dan video yang sangat meyakinkan, menyulitkan masyarakat dalam membedakan antara konten yang asli dan palsu.
Menurut Darrell West, seorang peneliti senior di Brookings, teknologi ini dapat dieksploitasi oleh pendukung berbagai kubu politik untuk merusak citra lawan mereka.
BACA JUGA:Daftar Panglima TNI dari 1945 hingga Sekarang Dipimpin Jenderal Agus Subiyanto
Laporan DeepMedia mencatat peningkatan tiga kali lipat dalam penyebaran video deepfake dan delapan kali lipat dalam audio deepfake pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sejumlah 500.000 video dan audio deepfake diperkirakan tersebar di seluruh situs media sosial global pada tahun ini.
Kemudahan akses terhadap teknologi AI turut berkontribusi pada masifnya konten deepfake.
Startup-startup menawarkan harga yang lebih terjangkau, mengubah paradigma yang sebelumnya mengharuskan biaya tinggi untuk kloning audio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: