Terkenal Kebal Peluru dengan Keberanian saat Perang Banjar, Berikut Cerita Kepahlawanan Panglima Wangkang

Terkenal Kebal Peluru dengan Keberanian saat Perang Banjar, Berikut Cerita Kepahlawanan Panglima Wangkang

Panglima Wangkang.-Istimewa/Internet.-

Terkenal Kebal Peluru dengan Keberanian saat Perang Banjar, Berikut Cerita Kepahlawanan Panglima Wangkang

 

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Panglima Wangkang, pejuang tangguh yang menginspirasi dalam sejarah perlawanan Kalimantan Selatan.

 

Panglima Wangkang, sebuah nama yang melekat erat dengan keberanian dan kisah heroik, menjadi salah satu tokoh utama dalam kronik perjuangan 

 

Suku Dayak Bakumpai dalam sejarah Kalimantan Selatan. Lebih dari sekadar seorang pejuang, 

 

BACA JUGA:Menelusuri Tradisi Aneh: Ritual Malam Pertama dan Kedewasaan Unik dalam 5 Suku di Indonesia

 

Panglima Wangkang merupakan sosok yang membangkitkan rasa kagum berkat ketabahannya di medan perang serta keanehan yang membuatnya menjadi kebal terhadap senjata.

 

Lahir dengan nama lengkap Kyai Mas Demang bin Pambakal Kendet, Panglima Wangkang adalah panglima perang Dayak berdarah Banjar yang berperan sentral dalam Perang Banjar. 

 

Konflik ini, yang dikenal sebagai salah satu perang terpanjang dalam sejarah Indonesia, memainkan peran besar dalam perjuangan Panglima Wangkang. 

 

Selama rentang waktu tahun 1859 hingga 1955, suku Bakumpai, termasuk Panglima Wangkang, memimpin perlawanan melawan penjajahan Belanda demi mempertahankan wilayah Bakumpai yang sekarang dikenal sebagai Baritokuala.

 

BACA JUGA:Misteri Kota-kota Gaib di Indonesia: Konser Mistis dan Bangunan Megah yang Tidak Terlihat

 

Perang Banjar membawa dampak berat, dengan korban jiwa tak terhitung jumlahnya dari penduduk pribumi Kalimantan Selatan yang gigih berjuang. 

 

Panglima Wangkang menjadi simbol inspirasi, mewakili semangat keberanian dan perlawanan dalam konflik ini. 

 

Kesaktiannya yang luar biasa, terutama dalam ketahanan terhadap senjata, menjadikannya ancaman nyata bagi pihak Belanda. Kebal terhadap peluru, Panglima Wangkang menjadi legenda hidup di medan perang.

 

Tak kurang dari 46 tahun ia berperang, Panglima Wangkang turun ke medan perang berulang kali tanpa satu luka pun. 

 

BACA JUGA:Misteri Kota Gaib Padang 12 di Kalimantan Barat Legenda dan Fenomena Gaib

 

Pencapaiannya ini sangat mengesankan dan mengagumkan, menunjukkan keberanian dan ketangguhan yang luar biasa. 

 

Namun, tanggal 25 November 1844 menjadi momen ujian bagi Panglima Wangkang ketika ia memimpin serangan terhadap ibu kota Banjarmasin. 

 

Walaupun bersama 500 pengikutnya ia berusaha merebut kota, pasukan Belanda yang lebih kuat berhasil menggagalkan upaya tersebut. 

 

Panglima Wangkang terpaksa mundur dan terjebak di tepi Sungai Durahman, di mana nasib tragisnya mencapai akhir.

 

BACA JUGA:Gila dan Tidak Masuk Akal, 5 Tradisi Aneh Suku Di Indonesia, Ada Ritual Sunat Plus Hubungan, Benarkah?

 

Dalam saat-saat terakhirnya, ia dihadapkan pada nasib yang tak terelakkan. 

 

Meskipun selama ini dianggap tak terkalahkan oleh peluru biasa, Panglima Wangkang akhirnya terkena peluru emas yang dipersiapkan oleh pasukan Belanda. 

 

Sang pahlawan yang telah mengilhami banyak orang dengan ketangguhannya, tiba-tiba menghadapi takdir yang memilukan akibat peluru berbahan emas tersebut.

 

Meskipun berpulang dalam pertempuran, warisan Panglima Wangkang tetap hidup dalam sejarah Kalimantan Selatan. 

 

BACA JUGA:Kisah dari Negeri Jiran, Legenda Bidasari Sang Putri Tidur dari Malaysia

 

Meski ia telah tiada, semangat pengorbanan dan keberaniannya memberikan inspirasi bagi generasi berikutnya. 

 

Perjuangan tanpa henti untuk membebaskan tanahnya dari penjajahan Belanda menjadi bagian tak terpisahkan dari perlawanan suku Bakumpai dalam Perang Banjar. 

 

Panglima Wangkang, pejuang tangguh yang pernah dianggap kebal terhadap peluru.

 

Menjelma menjadi bukti nyata akan kekuatan tekad dan semangat melawan penjajah yang tidak bisa tergoyahkan. 

 

BACA JUGA:Keindahan Tersembunyi dan Makhluk Tak Kasat Mata, Misteri Kota Gaib 'Padang 12' di Ketapang Kalimantan

 

Warisannya terus dikenang sebagai simbol perlawanan yang abadi, melekat dalam ingatan dan hati masyarakat hingga hari ini. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: