Ghumah Baghi, Rumah Tradisional Besemah yang Kaya Makna Filosofi

Ghumah Baghi, Rumah Tradisional Besemah yang Kaya Makna Filosofi

Gumah Baghi Pagaralam. Foto : Dok/REL--

Ciri khas lain yang ada pada rumah baghi adalah, sejak awal, rumah baghi dibuat tidak menggunakan jendela dan hanya memiliki satu daun pintu di bagian tengah. 

Daun pintu tersebut terbuat dari sekeping kayu dengan engsel berupa sumbu yang ada di atas dan di bawah daun pintu.

BACA JUGA : Ibu Kota Empat Lawang Menyimpan Tiga Bangunan Bersejarah yang Masih Aktif, Apa Saja Itu? 

Ketika memasuki Rumah Baghi, pengunjung akan mendapati rumah adat ini yang tanpa sekat atau kamar. Meski demikian, lantai di dalam ruangan memiliki dua tingkat. 

Lantai yang lebih tinggi itu terdapat pada bagian depan ruangan. Tempat tersebut diperuntukan sebagai tempat duduk meraje, yaitu keluarga dari garis keturunan laki-laki, seperti kakek, wak, dan paman. 

Sementara bagian bawahnya diperuntukan bagi anak belai, yaitu keturunan perempuan beserta suami dan anak cucu. 

Dari penempatan tersebut, terlihat bahwa masyarakat adat Besemah menganut garis keturunan laki-laki atau patrilineal.

BACA JUGA : Peninggalan Benteng Bersejarah di Tebing Tinggi Dulunya Milik Belanda Untuk Penjara 

Dari bentuknya secara keseluruhan, rumah baghi terdiri dari tiga ukuran, yaitu kecil, sedang, dan besar. 

Hal tersebut menurut H Musa, pemilik rumah baghi satu-satunya yang masih tersisa mengatakan, ukuran rumah baghi yang berbeda-beda tersebut merupakan penunjuk status sosial orang yang memilikinya. 

Selain ukuran rumah, corak, dan ornamen rumah yang indah juga menjadi penunjuk status sosial.

Ukuran besar-kecil rumah baghi yang bisa menunjukan status sosial orang yang memilikinya bukan tanpa sebab, pasalnya bahan baku pembuatan rumah baghi yang terbuat dari kayu pulai didapat dari hutan. 

BACA JUGA : Dolmen Batu Betiang, Peninggalan Sejarah Desa Gunung Meraksa Baru 

Ada dua versi yang berpendapat tentang bagaimana cara masyarakat Besemah di zaman dahulu mengumpulkan kayu pulai dari hutan untuk membangun rumah.

Versi pertama mengatakan, kayu-kayu pulai dibawa oleh roh halus yang didatangkan saat pemilik  rumah hendak membangun rumah baghi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: